Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengenal Mitos Kembar Mayang pada Hajatan Pernikahan Adat Jawa

ilustrasi tahapan kembar mayang dalam pernikahan adat Jawa (pexels.com/Baarast Project)
Intinya sih...
  • Kembar mayang adalah hiasan tradisional Jawa yang memiliki makna sakral dalam pernikahan.
  • Tradisi pembuangan kembar mayang ke tempat tertentu seperti perempatan jalan, sungai, atau laut memiliki makna sebagai pengingat bagi pengantin agar tidak melupakan asal-usulnya.
  • Kembar mayang terbuat dari berbagai macam bahan alami seperti batang pisang, bambu aur, janur kuning, daun-daunan, nanas, bunga melati, dan kelapa muda.

Kalau kamu pernah menghadiri acara resepsi pernikahan Jawa, biasanya ada hiasan menarik berbentuk unik, berwarna-warni cerah indah, dan diletakkan dekat pelaminan atau pintu masuk acara hajatan. Nampak seperti rangkaian bunga dan dedaunan yang dibentuk secara apik. Itulah yang disebut kembar mayang.

Nah, penasaran juga kenapa sudah dibuat bagus tapi malah dibuang ke pinggir jalan? Atau, kenapa gak disimpan saja maupun ke diletakkan tempat lain sebagai kenang-kenangan? Tradisi ini sekarang jarang terlihat karena mulai banyak pernikahan yang menggunakan adat nasional. Bahkan, banyak juga yang mengadopsi budaya luar, seperti mengadakan pesta kebun, maupun pesta sederhana yang dihadiri kerabat dekat saja.

Kembar mayang lebih dari dekorasi, berasal dari kata “kembar” artinya sepasang, dan “mayang” berarti bunga dari pohon jambe yang sering juga disebut sekar kalpataru dewandaru.

Dalam pernikahan adat Jawa setiap tahapan memiliki makna, termasuk mitos yang menyertainya. Berikut akan dibahas tentang mitos kembar mayang yang dibuang di perempatan jalan. Lanjutkan membacanya, ya!

1.Apa saja yang dilaksanakan saat tahapan ini?

ibu-ibu membawa sepasang kembar mayang (seloharjo.bantulkab.go.id/KEMBAR MAYANG SYARAT PANGGIH)

Kembar mayang akan dilakukan setelah momen sakral di mana pengantin sudah sah dan siap melaksanakan prosesi temu atau yang disebut panggih. Dilansir laman resmi Kalurahan Seloharjo, Kapanewon Pundong, Kabupaten Bantul, hiasan kembar mayang dibawa oleh ibu-ibu dari pihak keluarga, kemudian disenggolkan ke bahu kanan kiri pengantin laki-laki.

Pelaksanaannya secara pelan-pelan jadi gak sampai melukai pengantin. Maknanya adalah agar semua hal buruk yang masih menempel pada pengantin menghilang, sehingga siap memasuki fase baru dalam hidup berumah tangga dengan lebih tenang dan penuh kebijaksanaan.

2.Mitos kembar mayang yang dibuang ke perempatan jalan

ilustrasi jalanan kosong (pexels.com/Josh Hild)

Setelah prosesi selesai, beberapa orang mungkin akan heran kenapa kembar mayangnya dibuang. Memang begitu tradisinya, biasanya dibuang ke tempat-tempat tertentu seperti perempatan jalan, sungai, atau laut.

Pembuangan tersebut mempunyai makna yaitu sebagai pengingat bagi pengantin bahwa mereka gak boleh melupakan asal-usulnya. Mereka yang kini bersanding sebagai pasangan resmi tetap berasal dari orangtua yang menjadi perantara Tuhan Yang Maha Kuasa hingga akhirnya mendapat restu menikah.

3.Barang-barang pembuatan kembar mayang

ilustrasi janur kembar mayang (youtube.com/IDewa De)

Dikutip buku karya HR. Sumarsono yang berjudul Tata Upacara Pengantin Adat Jawa, berikut beberapa barang yang digunakan untuk membuat kembar mayang.

  • Batang pisang yang dialasi tabung terbuat dari kuningan.
  • Bambu aur secukupnya
  • Janur kuning berjumlah empat pelepah
  • Daun kemuning, daun beringin beserta rantingnya, daun apa-apa, daun girang, serta daun andong.
  • Dua buah nanas yang masak dengan ukuran serupa.
  • Bunga melati, kanthil, dan mawar merah putih.
  • Dua buah kelapa muda yang sudah dikupas kulitnya dan masih ada airnya.

Itulah mengenai cerita di balik mitos ini. Bukan hanya hiasan yang mempermanis tampilan momen hajatan, tapi juga membawa pesan indah untuk kehidupan rumah tangga pengantin baru. Sudah dibuat semenarik mungkin oleh sesepuh yang memahami tentang ini, lalu dibuang ke tempat tertentu juga ada maksudnya.

Tersimpan makna tentang harapan, ketulusan, kebahagiaan, keselamatan, bahkan mengajarkan untuk selalu menghormati orangtua dan Sang Pencipta. Setelah tahu makna dari mitosnya, apakah suatu hari nanti kamu pengin menyisipkan sentuhan tradisi Jawa ini dalam rangkaian pernikahanmu bersama pasangan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us