Meraup 'Wangi' Cuan dari Bisnis Bunga Kering ala Herbaria

Bisa jadi inspirasi buat kamu, nih!

Yogyakarta, IDN Times - Selama ini banyak bunga cantik yang dibiarkan kering dan gugur, kemudian jadi sampah yang gak bernilai tambah. Namun, bunga tadi memiliki nasib  berbeda di tangan Callixtine Dety. Perempuan asli Yogyakarta itu bisa menyulap bunga menjadi lebih cantik dan tentu saja, berkesan.

Di akun Instagram dengan username @herbariaa, Callixtine memamerkan sekaligus menjual hasil karyanya yang memanfaatkan bunga-bunga yang dikeringkan. Penasaran bagaimana kisah Callixtine dan Herbaria sampai bisa sepopuler sekarang?

1. Berawal dari hobi, Callixtine membangun bisnis yang masih jarang digeluti orang lain

Meraup 'Wangi' Cuan dari Bisnis Bunga Kering ala HerbariaHerbaria (instagram.com/herbariaa)

Callixtine mengisahkan, awalnya mengeringkan bunga hanya jadi hobi semata. Kemudian di tahun 2016 pun ia masih sebatas mengumpulkan tanaman yang dianggapnya menarik.

“Pada awal tahun 2016, mulai rajin kumpulkan tanaman-tanaman dan dikeringkan, diselipkan dalam buku, dan dikumpulkan sebagai koleksi di dalam buku journal pribadi. Masih untuk hobi saja gitu, dalam perjalanan naik gunung atau ketika sedang main ke hutan, pantai, bukit dan tempat alam lainnya,” ungkap perempuan berambut ikal ini saat diwawancarai IDN Times, Kamis (29/9/2021).

Ia mengaku merasakan kesenangan dan puas atas hobinya tersebut dan memutuskan untuk menyeriusi dan menjadikannya salah satu ladang cuan. Herbaria lantas jadi bisnis dan dibuka sejak 2020 hingga sekarang makin dikenal oleh banyak orang.

2. Berulang kali mencoba dan gagal, akhirnya Callixtine menemukan metode pengeringan terbaik

Meraup 'Wangi' Cuan dari Bisnis Bunga Kering ala HerbariaHerbaria (instagram.com/herbariaa)

Callixtine tak langsung berhasil mengeringkan bunga menjadi benda yang bernilai tambah. Ia perlu melakukan eksperimen berulang kali untuk menemukan metode pengeringan yang paling pas. Menurutnya, setiap bunga memiliki ciri yang berbeda, makanya saat ia mencoba berbagai metode dan cara, gak semuanya berhasil. Malah ada bunga yang justru jadi hitam atau busuk.

Setelah banyak melakukan percobaan dan riset, Callixtine menemukan metode pengeringan bunga yang menurutnya paling mendekati sempurna. Yaitu dengan alat custom berbahan kayu jati belanda. Sebelum itu, Callixtine menggunakan alat yang dibuat sederhana dari tripleks dan kayu biasa.

"Manual pressed, mengeringkan bunga segar dengan cara di tekan. Kalau orang Jepang sebutnya dengan sebutan 'Oshibana'. Kalau orang western menyebutnya dengan pressed flower art," jelasnya.

Baca Juga: Sarsaparilla, Minuman Soda Khas Yogyakarta yang Melegenda

3. Membuat bookmark sampai cookies

Meraup 'Wangi' Cuan dari Bisnis Bunga Kering ala HerbariaHerbaria (instagram.com/herbariaa)

Callixtine menjelaskan, awalnya ia ingin berkreasi dengan bunga press kering karena melihat banyak referensi di Pinterest. Bookmark pressed flower atau pembatas buku dari bunga press menjadi produk pertama yang dijual Herbaria.

"Kemudian mulai riset mencari pasar di Indonesia mengenai bunga press," katanya.

Siapa sangka, dari yang awalnya hanya membuat bookmark tadi, produk yang dijual Callixtine kian beraneka. Ia mengaku bahwa ada peluang yang membuatnya terpacu untuk menciptakan berbagai produk unik lain untuk dijadikan bisnis. Sebut saja seperti frame, buku jurnal, hingga cookies yang yang cukup laris.

Di tangan Callixtine, bunga telang, pansy, viola, dan dianthus disulap jadi pugas cookies yang renyah dan enak. Soal rasa sih gak jauh beda dari makan sayur, malah kamu masih bisa mencium aroma wangi dari bunganya, lho. Diakuinya, bunga ini aman dimakan selama budidayanya gak menggunakan pupuk atau bahan kimia.

4. Dipasarkan secara daring, Herbaria juga banyak berkolaborasi

Meraup 'Wangi' Cuan dari Bisnis Bunga Kering ala HerbariaHerbaria (instagram.com/herbariaa)

Callixtine menuturkan, produk pressed flower art yang dibuatnya masih dipasarkan sebatas daring. Teman-teman yang berminat bisa membeli melalui e-commerce atau mengetuk pesan pribadi di Instagram @herbariaa.

Soal harga pun terjangkau, bookmark yang cantik itu bisa dibeli dengan harga Rp13 ribu, pigura mulai dari Rp35 ribu–Rp200 ribu, sementara cookies dihargai Rp35 ribu untuk isi 150 gram dan Rp75 ribu untuk 300 gram.

“Belum ada toko offline, ikut bazar iya, dulu ada pasar wiguna (sudah gak aktif) dan pasar pagi svarga flora yang sekarang masih aktif,” ungkapnya saat ditanya perihal cara berjualan.

Selain mengikuti beberapa bazar, ia pun rajin melakukan kolaborasi untuk mengembangkan Herbaria. Antara lain, kolaborasi dengan Andy Sri Wahyudi yang merupakan seorang seniman dan menghasilkan karya berupa puisi yang dituliskan di atas akrilik dan dihiasi dengan bunga kering. Bersama Palkakreatif, Herbaria juga membuat journal book.

5. Berharap semakin banyak orang yang berminat dengan kerajinan bunga kering

Meraup 'Wangi' Cuan dari Bisnis Bunga Kering ala HerbariaHerbaria (instagram.com/herbariaa)

Callixtine keinginan supaya semakin banyak orang yang mau bergelut di bidang yang sama sepertinya, yaitu kerajinan dari bunga kering. Apalagi mengingat yang menjual bunga kering di Indonesia, terutama Yogyakarta, belum banyak.

“Bisa membudidayakan bunga bunga yang tumbuh di luar Jawa dan impor. Untuk menambah variasi bunga press kami,” ujarnya.

Callixtine dan Herbaria jadi bukti bahwa hobi bisa menjadikan cuan. Asal mau tekun, terus belajar, dan pintar-pintar dalam mencari peluang, kamu bisa saja mengikuti jejak Callixtine dan jadi sukses di bidangmu sendiri.

Baca Juga: Lestarikan Mangrove, Sancoko Selamatkan Laguna Pantai Samas

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya