Bisnis dan Kemanusiaan di Balik Kereta Kopi Andre Salim

Tak semata fokus profit, tapi juga manfaat pada orang lain

Yogyakarta, IDN Times - Jika menghitung banyaknya jumlah coffee shop di Jogja mungkin bisa ratusan, tapi yang tak sekadar bisnis dan menyelipkan kepentingan sosial mungkin tak banyak. Kereta Kopi, salah satu kedai kopi kaki lima yang bisa menjadi teladan bagaimana sebuah usaha kecil tapi bermakna untuk banyak orang.

Adalah Andre Salim, pria asal Padang yang telah tinggal di Yogyakarta sejak 2005 yang berada di balik Kereta Kopi. Pernah berada di titik paling rendah kehidupan membuatnya sadar bahwa kasih kepada sesama manusia tak boleh dilupakan. Berjuang sejak tahun 2018 di mana coffee shop di Jogja belum seramai sekarang, Andre tak hanya berfokus pada usaha tapi memberi kesempatan kerja pada muda-mudi yang datang dari kalangan ‘tak biasa’.

1. Pernah bangkrut, ada peran bapak asuh yang besar dalam mendirikan Kereta Kopi

Bisnis dan Kemanusiaan di Balik Kereta Kopi Andre SalimAndre Salim owner Kereta Kopi di Kotabaru (IDN Times/Dyar Ayu)

“Saya punya bapak angkat, bapak angkat saya itu seorang pendeta. Jadi di Riau saya bangkrut kemudian beliau menarik saya ke sini (Yogyakarta). Awalnya bingung mau kerja apa, kemudian suatu waktu saya buatkan beliau kopi karena kebetulan suka kopi. Beliau ngomong kalau ada masa depan di sini (kopi buatannya),” cerita Andre saat ditemui pada Kamis, (13/10/2022).

Bapak asuhnya juga yang membantu Andre membuat konsep kedai kopi yang menggunakan motor kaki tiga. Pada saat itu Andre merasa kalau harus menyewa kios pun mahal dan kalau pada akhirnya gagal, setidaknya masih ada aset berupa kendaraan roda tiga tersebut untuk memulai usaha yang lain.

Awal berjualan, Andre berkeliling menjual kopi yang setiap harinya hanya laku tiga sampai lima gelas. Situasi ini terjadi sampai enam bulan kemudian sampai akhirnya ia memutuskan buat menetap di kawasan Kotabaru yang terkenal dengan banyaknya pedagang kaki lima. Tepatnya tak jauh dari Gereja Santo Antonius Kotabaru, kini dalam sehari Kereta Kopi bisa menjual lima puluh sampai tujuh puluh gelas per harinya.

“Sampai kami akhirnya punya cabang di Jalan, Yogyakarta dan di kawasan Baciro. Dan dalam waktu dekat akan buka juga franchise di Semarang,” kata dia.

2. Memperkerjakan muda-mudi yang dianggap tak memiliki masa depan sebagai karyawan

Bisnis dan Kemanusiaan di Balik Kereta Kopi Andre SalimKereta Kopi di Kotabaru (IDN Times/Dyar Ayu)

“Yang kami pekerjakan di sini yang bisa dibilang tidak memiliki masa depan. Beberapa dari mereka dulunya hidup di bawah kolong jembatan di Surabaya, saya tarik mereka ke sini supaya bisa bekerja. Sulit sekali memang awalnya, tapi sekarang Puji Tuhan, mereka sudah punya motor sendiri, sudah tahu cara kerja seperti apa,” ungkap Andre soal karyawan yang kini ikut bersamanya. 

Sudah ada lima orang karyawan yang bekerja bersama Andre dengan berbagai latar belakang pendidikan dan kasus seperti lulusan SD sampai mantan kurir narkoba. Andre dipertemukan karyawan-karyawan tersebut oleh ayah asuhnya di mana ia kerap melakukan pelayanan di berbagai kota. 

Meski mengaku kesulitan di awal karena para remaja ini kerap bertingkah semaunya sendiri bahkan pernah ada yang mengajak Andre berkelahi. Namun seiring berjalannya waktu mereka bisa bekerja dan hidup mandiri sebagaimana orang lain. 

“Metode yang kami pakai untuk melatih mereka ya macam-macam. Dengan tarik ulur, kasih, kadang sedikit tekanan sehingga mereka tahu cara kerja di sini. Namun yang penting mereka merasakan kalau diterima sebagai manusia yang layak,” ucapnya.

Baca Juga: Bayu Permadi, Pionir Batik Motif Kontemporer di Kulon Progo

3. Tak menyediakan banyak menu, tapi khusus menyajikan kopi ala Sumatra

Bisnis dan Kemanusiaan di Balik Kereta Kopi Andre SalimMenu Kereta Kopi di Kotabaru (IDN Times/Dyar Ayu)

Andre mengaku tak menyediakan banyak menu seperti ala coffee shop lain. Menurutnya, terlalu banyak pilihan justru hanya akan membuat pelanggan bingung. Selain itu, keunikan yang ditawarkan bukan hanya dari kendaraan roda tiga saja, tapi juga kopi pagi dengan penyajian khas Sumatra yang belum banyak ditemukan di tempat lain di Yogyakarta. 

Andre mengaku awalnya kesulitan mengikuti kebiasaan ngopi orang Jogja yang kebanyakan dilakukan saat malam dan berbeda dengan orang Sumatra yang minum kopi saat pagi. Dari sini kemudian Kereta Kopi mendedikasikan diri sebagai salah satu kedai kopi pagi di Kotabaru dengan menu kopi tarik robusta ala Sumatera. 

“Menu andalan kami bisa dibilang semuanya. Ada teh susu tarik yang tehnya kami ambil dari Gunung Kerinci, selai srikayanya untuk roti panggangnya juga bikini sendiri homemade, dan ada sejuk susu juga banyak yang suka.” Ujar Andre. 

Soal harga minuman dan makanan di Kereta Kopi cukup terjangkau. Untuk minuman kopi dingin mulai dari Rp9 ribu--Rp19 ribu, kopi panas seharga Rp11 ribu--Rp13 ribu, dan menu minuman teh yaitu Rp5 ribu--Rp9 ribu. Tenang, roti bakarnya gak kalah murah meriah, yaitu Rp9 ribu saja. 

4. Sengaja tak sediakan wifi supaya para pelanggan yang datang bisa berkomunikasi dengan intens

Bisnis dan Kemanusiaan di Balik Kereta Kopi Andre SalimKereta Kopi di Kotabaru (IDN Times/Dyar Ayu)

Jika kamu mencari tempat untuk work from cafe atau tempat untuk mabar dengan koneksi internet yang kencang, Kereta Kopi bukan jadi pilihan yang tepat buat didatangi. Pasalnya, Andre memang tak menyediakan WiFi baik di Kereta Kopi cabang Kotabaru dan Jalan Kabupaten dan kafe Kopi Ijo yang baru buka di kawasan Baciro. 

“Kedai kopi adalah tempat ngobrol dan bertukar pikiran, apalagi di Sumatra rata-rata gak ada coffee shop yang ada wifinya karena pelanggan akan saling berkomunikasi kemudian saling kenal. Ada yang jual motor, jual rumah, pengacara, kuli bangunan, semua berkomunikasi di satu tempat. Nah, itulah yang terjadi di Kereta Kopi, karena gak ada listrik juga ya ngapain dikasih wifi,” kata Andre. 

Meski begitu, Kereta Kopi tetap menjadi tujuan banyak orang untuk sekadar nongkrong sampai kumpul komunitas sepeda sampai komunitas lari. Andre juga mengatakan kalau tak hanya remaja saja yang telah menjadi pelanggannya, tapi ada juga pelajar sampai orang lanjut usia. Ini membuktikan bahwa sekalipun tanpa daya tarik seperti wifi dan listrik, Kereta Kopi bisa jadi tujuan ngopi yang seru.

5. Siap melayani di berbagai acara komunitas sampai pernikahan

Bisnis dan Kemanusiaan di Balik Kereta Kopi Andre SalimKereta Kopi di Kotabaru (instagram.com/kereta_kopi)

Buka sejak pukul 07.30-15.00 WIB, Kereta Kopi kini menyatu dengan pedagang kaki lima lain di kawasan Kota Baru seperti dengan pedagang batagor, es jaipong, Nasi Rames Mbak Yuni, dan lainnya. Andre mengaku bahwa untuk bisa menjadi seramai seperti sekarang banyak hal yang harus dirinya lalui. 

“Bahkan kami pernah dikejar dengan Satpol PP, tapi akhirnya ya kami minta dan mohon kepada mereka karena bagaimana pun kami hanya cari nafkah, banyak orang yang makan dari hasil jualan kopi ini.” Ujar Andre. Tak sampai di sana, musim hujan juga menjadi salah satu kendala Kereta Kopi karena saat hujan datang mau tak mau mereka harus mencari tempat berteduh. 

Beberapa kali Kereta Kopi pernah diminta untuk menyajikan makanan dan minuman khasnya di acara-acara berbagai komunitas dan acara pernikahan. Andre menyebutkan lokasi terjauh yang pernah dihadiri oleh Kereta Kopi saat ini Gunungkidul dan Jalan Kaliurang dalam mengisi event. 

Andre tak memungkiri bahwa ia juga mencari profit dari usaha kedai kopi yang dijalaninya. Namun kembali lagi, ia berharap usahanya bisa kian besar supaya lebih banyak orang yang ia memperkerjakan banyak orang nantinya. 

Baca Juga: Thomas Dian Si Pesulap Sepeda Rongsok dari Jogja Jadi Berkelas 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya