Limbah minyak atsiri diolah menjadi bata interlock oleh Fendi Widiatmono, warga Kulon Progo. (IDN Times/Tunggul Damarjati)
Perjalanan waktu Fendi merealisasikan idenya ini tak singkat, ia membutuhkan waktu sampai bertahun-tahun hingga menemukan formula atau komposisi yang sesuai untuk menciptakan bata interlock dari limbah minyak atsiri.
Prinsipnya, takaran limbah harus lebih banyak dibanding bahan dasar lainnya. "Gambaran sederhananya adalah, jika menggunakan tiga ember limbah, maka campurannya berupa semen, tanah dan pasir sebanyak sekitar masing-masing satu ember. Kemudian kita aduk dengan alat mixer khusus agar lebih kuat dan tahan air," urainya.
Bata interlock ala Fendi diklaim telah lolos serangkaian uji keamanan. Mulai uji beban siklik monotonic di Lab Struktur Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puskim), Bandung; uji tekan di Lab Beton Universitas Katolik Parahyangan, Bandung; uji geser di Lab Beton Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya; serta uji muatan.
Fendi mengklaim tingkat pemakaian yang sudah memenuhi standar kualifikasi, bata interlock inovasinya kuat menopang beban seberat 1 ton.
"Hasil pengujian, bata ini masuk kategori beton, di mana beton sendiri mampu mengangkat satu ton benda," tambahnya.
Dari titik ini, Fendi menerangkan selama sembilan tahun sudah membuat 65 karya konstruksi dari bata interlock berbahan limbah minyak atsiri di berbagai daerah Tanah Air, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan Padang, Sumatera Barat.