Lambat laun, Suryo melebarkan sayapnya ke berbagai sektor hingga kini mengelola sekitar 20 unit usaha, termasuk industri rokok yang sifatnya padat karya. Dia punya prinsip usaha kecil apa pun harus menjadi besar dan memberi manfaat bagi banyak orang.
"Saya tidak mau usaha yang sama dengan orang lain. Di Jogja, usaha rokok ya cuma saya," ujar Suryo.
Pada 2023, keputusannya bulat mendirikan pabrik rokok di atas lahan 50 hektare, dengan tahap awal pengembangan 10 hektare. Dari awal berdiri dengan 30 karyawan tanpa pengalaman, sekarang pabrik mempekerjakan sekitar 3.000 karyawan.
"Targetnya menyerap 10 ribu tenaga kerja tahun depan," tegas Suryo.
Sejak semula, Suryo menerapkan prinsip sosial dalam bisnisnya. Setiap hari pabriknya menyediakan 3 kuintal beras untuk kebutuhan makan karyawan. Baginya, ini adalah bentuk sedekah, karena dia tahu betul rasanya susah makan.
Suryo tak cuma membuka lapangan kerja, tapi juga aktif dalam kegiatan CSR. Dia sejak 2018 rutin membangun sumur artesis di daerah rawan air seperti Gunungkidul, Sleman, dan Magelang, minimal satu titik setiap bulan. Tercatat 20 titik sumur terbangun di 2025 ini.
Dia juga membangun minimal dua masjid setiap tahun, yang kini tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Suryo kendati masih punya cita-cita, yakni mendirikan yayasan bagi anak-anak telantar dan menyekolahkan mereka hingga perguruan tinggi.
Atas perjalanan panjang, komitmen, dan kontribusi nyata bagi masyarakat, UPN Veteran Yogyakarta menganugerahkan Penghargaan Alumni Peduli kepada Suryo. Rektor UPN Veteran Yogyakarta, M. Irhas Effendi, mengapresiasi dedikasi Suryo bagi kampus dan masyarakat luas.
Bagi Suryo pribadi, penghargaan ini menjadi simbol bahwa alumni bukan hanya sukses untuk dirinya sendiri, tapi juga menghadirkan dampak positif bagi sekitar bahkan bangsa.
"Saya dekat dengan orang tua. Setiap masalah saya selalu minta doa restu. Semua ini karena mereka," pungkas Suryo.