Potret Bethak dan Pisowanan Garebeg Mulud Dal (kratonjogja.id)
Sejak pagi, akan ada tiga perangkat gamelan yang dimainkan secara bergantian di Plataran Kedhaton Keraton Yogyakarta. Ketiga perangkat tersebut adalah Kanjeng Kiai Guntur Laut (Monggang), Kanjeng Kiai Surak, dan Kanjeng Kiai Kancil Belik. Para Abdi Dalem Sipat Bupati akan hadir dan duduk bersila di kedua Bangsal Kotak yang terletak di Plataran Kedhaton, tepat di depan Bangsal Kencana.
Menjelang tengah hari, akan dibunyikan suara “Raaaussss,” di mana suara yang menandai kehadiran Sri Sultan, yang keluar dari arah Bangsal Prabayeksa. Gendhing Monggang lantas dimainkan untuk mengiringi kemunculan Sultan menuju Bangsal Kencana. Baru setelah itu, Abdi Dalem tadi yang sebelumnya menanti di Bangsal Kotak, dipersilakan maju untuk menempati kursi di tratag Bangsal Kencana. Nah, yang akan berada di sisi kanan dan kiri Sultan, mereka adalah para Sentana Dalem serta tamu-tamu kehormatan di mana semuanya menghadap ke arah beliau.
Kemudian akan ada iring-iringan membawa pusaka Kanjeng Nyai Mrica dan Kanjeng Kiai Blawong. Kedua pusaka kemudian dipegang dan diposisikan di hadapan Sultan yang kemudian beliau akan ngeduk atau mengambil nasi di dalam Kanjeng Nyai Mrica dan menaruhnya di Kanjeng Kiai Blawong. Sultan akan mulai mengepal nasi yang ada di Kanjeng Kiai Blawong, lalu kegiatan tersebut diteruskan oleh Putra dan Mantu Dalem.
Tidak lama, Abdi Dalem Keparak dan Abdi Dalem Kanca Sewidak datang membawa minuman dan nasi yang sudah dikepal sebelumnya. Setelah selesai, Sultan akan memerintahkan Abdi Dalem untuk kembali. Dan, ketiga gamelan dimainkan bersamaan hingga akhir gendhing sebagai penanda selesainya Pisowanan Garebeg Mulud Dal.
Ada makna mendalam di balik upacara Bethak dan Pisowanan Garebeg Mulud Dal. Perlu diketahui bahwa salah satu kebudayaan Mataram Islam adalah bercorak agraria. Sedangkan nasi, dianggap sebagai simbol atas kemakmuran dan kesejahteraan.
Nasi yang ditanak, lalu dikepal sehingga berbentuk golong atau bulat, adalah manifestasi atas konsep golong gilig yang artinya tekad untuk bekerja demi meraih kesejahteraan dan kemakmuran.