6 Bentuk Sabotase Diri Menurut Buku The Mountain is You, Gak Disadari

Pernah mendengar apa itu yang dimaksud dengan self-sabotage atau sabotase diri? Ini adalah suatu perilaku atau kondisi ketika seseorang secara sadar atau tidak sadar, terus melakukan hal yang membuatnya terhalang dari kemajuan. Brianna Wiest dalam bukunya yang berjudul The Mountain is You (Transforming Self-Sabotage Into Self-Mastery) menjelaskan beberapa poin pentingnya.
Menurutnya, sabotase diri terjadi sebagai akibat dari berbagai faktor yang kemudian memengaruhi seseorang ketika hendak melakukan sesuatu yang berkaitan dengan kesuksesan dan pencapaian dalam hidupnya. Ketika kondisi ini berlanjut secara terus-menerus, maka dampaknya, ia akan terus terjebak dengan dirinya sendiri. Terasa seperti selalu jalan di tempat.
Jika kamu merasa sedang dalam ciri-ciri kondisi tersebut, mungkin inilah saatnya kamu lebih memahami maksud sabotase diri. Karena bahkan, kerja keras dan disiplin saja tidak cukup untuk mencapai kesuksesan jika kesalahannya ada pada saat bagaimana diri kamu berproses menuju apa yang ingin kamu capai tersebut. Lantas, sikap dan perilaku seperti apa yang termasuk bentuk sabotase diri ini? Berikut rangkuman pembahasannya dari buku The Mountain is You karya Brianna Wiest.
1. Resistance
Resistance atau dalam bahasa Indonesia adalah resistan. Merupakan perilaku ketika kamu justru malah menahan diri untuk melakukan apa yang sebenarnya lebih benar dan lebih baik untuk kamu. Misalnya, ketika kamu sudah menerima tugas untuk dikerjakan, kamu ingin mengerjakannya, namun saat akan memulainya kamu malah menemukan diri kamu hanya diam saja, tidak berbuat apa-apa.
Di lain sisi, padahal diri kamu sudah dipenuhi semangat, rasa excited, untuk segera mengeksekusi rencana-rencana atau ide yang sudah terpikirkan. Namun, saat ingin benar-benar mengeksekusinya, kamu malah menolak menyelesaikannya. Ketika mengalami ini yang perlu kamu pahami, adalah bahwa resistan bisa berarti dua hal.
Pertama, kondisi saat mengalami resistan ini bisa berarti adalah kesempatan kamu untuk berproses secara perlahan tapi bertahap. Kesempatan kamu juga untuk melihat apa keputusan yang kamu buat, itu benar-benar sudah tepat. Kedua, bisa jadi itu memang tanda-tanda bahwa keputusan untuk melakukan, atau membuat hal tersebut, bukan keputusan terbaik. Maka kamu menahan diri, karena mungkin di alam bawah sadarmu, kamu menyadari bahwa itu kurang tepat untuk dilakukan.