Saat berlibur ke Jogja, mudah bagi kamu untuk menemukan batik dengan beragam motif dan jenisnya. Baik batik tulis maupun batik cetak atau sablon.
Batik memang sangat berkembang di tanah Jogja sebagai warisan kesenian dari Kerajaan Mataram. Salah satu batik klasik atau kuno khas Jogja yaitu batik semen. Menyimpan harapan tentang masa depan, yuk, kenalan lebih lanjut dengan batik semen.
Setiap jenis batik memuat kisah sejarah yang membentuknya, menjadikannya memiliki nilai filosofi dan keanggunannya tersendiri. Begitupun batik semen yang pada zaman dahulu juga dimanfaatkan sebagai busana keluarga Keraton dan pejabat tinggi.
Istilah "semen" yang disematkan untuk penamaan jenis batik satu ini berasal dari kata "semi" yang bermakna tumbuh. Dengan kata lain, semi diartikan sebagai kehidupan yang berkembang atau makmur.
Semi juga merujuk pada konotasi baik tentang alam semesta yang sejahtera dan subur. Di mana, pemakai batik ini diharapkan dapat menjadi pemimpin yang mampu melindungi bawahannya dari keburukan.
Batik motif semen hadir dengan hiasan yang terdiri dari tiga bagian dan dianggap masih berkaitan dengan paham Tribawana. Bagian pertama dari motif semen adalah motif yang berkaitan dengan daratan, seperti tumbuhan dan binatang.
Bagian kedua adalah motif yang berkaitan dengan udara, seperti burung (burung garuda), dan awan (megamendung). Sedangkan bagian ketiganya adalah motif yang berkaitan dengan laut atau air, seperti hewan-hewan air (ular dan ikan).
Perlu kamu tahu juga nih, kalau batik satu ini punya beberapa jenis dengan pola yang cukup berbeda. Salah satunya Semen Ageng Sawat Gurdha yang dimiliki Keraton Yogyakarta yang mengusung motif garuda, sayap, gunung atau meru, candi, dan naga
Setiap batik motif semen memiliki waktu penggunaan dan makna tersendiri yang tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Begitupun Semen Ageng Sawat Gurdha yang pemakaiannya khusus ditujukan untuk cucu sultan, istri para pangeran, penghulu, Wedana Ageng Prajurit, Bupati Nayaka Lebet, Bupati Nayaka Njawi, Bupati Patih Kadipaten, Bupati Polisi, Pengulu Landraad, Wedana Keparak Para Gusti (Nyai Riya), Bupati Anom, serta Riya Bupati Anom. Kampuh Semen Gedhe Sawat Lar dipakai untuk buyut dan canggah sultan.
Batik ini pun termasuk batik larangan Keraton Yogyakarta, sehingga penggunaannya tidak boleh sembarangan. Perlu dicatat, nih.
Ragam batik motif semen memang cukup banyak. Nah, berikut rangkuman ulasan tentang beberapa jenis motif semen dan maknanya.
1. Semen Rama
Motif Semen Rama atau yang biasa disebut Semen Romo ini juga memiliki ketiga ornamen umum yang telah dijelaskan sebelumnya. Khusus untuk motif Semen Rama, ornamen penyusunnya terdiri dari motif pohon kehidupan, gunung, garuda, serta perahu dan binatang darat.
Selain kelima ornamen tersebut, terdapat juga beberapa ornamen berbentuk geometris lainnya yang menjadi penyeimbang antara ornamen pada batik ini. Batik motif Semen Rama menggambarkan sikap ideal yang harus dimiliki oleh seorang raja, diantaranya tanggung jawab dan adil.
2. Semen Remeng
Selanjutnya terdapat motif Semen Remeng yang memiliki makna sebagai pengingat jika dalam hidup terdapat dua hal yang berpasangan. Seperti sulit dan mudah, suka dan duka, untung dan rugi. Batik ini menyiratkan pesan agar setiap pemakainya mampu menyikapi hal-hal berpasangan yang berbeda tersebut dengan bijak.
3. Semen Kingkin
Batik Semen Kingkin memiliki makna yang menunjukan suasana prihatin dalam kehidupan, dan menjadi simbol permohonan petunjuk atau jalan keluar. Batik dengan motif Semen Kingkin lebih dikhususkan bagi orang yang sudah berkeluarga, bukan untuk pria atau wanita lajang.
Nah, itulah beberapa hal mengenai batik semen khas Yogyakarta yang perlu kamu ketahui. Selain motif Semen Ageng Sawat Gurdha, apakah kamu tertarik memiliki motif semen yang lain?