5 Alasan Kenapa Berubah Opini Itu Wajar, Bukan Munafik 

Kalau kamu pernah punya opini yang berubah atau gak?

Kamu pasti sering melihat beberapa orang yang dengan iseng mengulik omongan publik figur atau selebriti di masa lalu dan dibandingkan dengan omongannya di zaman sekarang. Misalnya dulu ia berpendapat bahwa ia menolak keras pemikiran A, tapi sekarang justru ia getol menyuarakan pemikiran yang pernah ia tolak itu.

Sebagian dari kita mungkin berpikir bahwa orang ini munafik, menjilat ludah sendiri atau bahkan gak konsisten. Tapi, untuk beberapa hal, punya opini yang berubah itu wajar, lho!

Lantas alasan apa, sih, yang membuat seseorang bisa berubah opini? Simak bersama, yuk ini dia alasan kenapa punya opini yang berubah itu wajar.

1. Memperoleh informasi baru

5 Alasan Kenapa Berubah Opini Itu Wajar, Bukan Munafik ilustrasi seorang pria yang menunjukkan informasi di dalam buku kepada teman wanitanya (pexels.com/cottonbro studio)

Setiap kali seseorang menerima informasi baru yang mempengaruhi pemikirannya, mereka sah-sah saja kok kalau mau punya opini yang berubah. Informasi baru ini bisa berasal dari sumber yang terpercaya atau dari diskusi dan debat dengan orang lain.

Contohnya begini, dulu seseorang sangat yakin dengan opininya kalau kuliah di luar negeri itu mudah dan murah. Seiring berjalannya waktu dan memperoleh banyak informasi ia pun berubah pikiran. Sebab, kini ia tahu kuliah di luar negeri ada banyak hal yang harus dipersiapkan dan perlu biaya yang gak murah.

2. Pengalaman pribadi dapat membuat seseorang berubah opini 

5 Alasan Kenapa Berubah Opini Itu Wajar, Bukan Munafik ilustrasi seorang pria dan anak perempuan (.pexels.com/Pavel Danilyuk)

Pengalaman pribadi seseorang juga dapat mempengaruhi pendapat mereka. Misalnya, seseorang yang awalnya tidak setuju dengan suatu hal mungkin berubah pikiran setelah mengalami hal tersebut sendiri dan melihat hasilnya. Contoh yang paling dekat saja, nih, ketika seseorang punya anak.

Sebelum punya anak mungkin ia banyak membaca ilmu parenting sehingga ia bisa berkomentar kalau anak sedang tantrum, baiknya diperlakukan seperti ini dan itu. Tapi begitu punya anak dan menghadapi sendiri, ternyata ia sadar gak semua ilmu parenting yang pernah ia baca bisa diterapkan kepada sang buah hati.

Baca Juga: Filosofi Jepang Wabi-sabi, Obat bagi Jiwa Perfeksionis

3. Lewat diskusi dan debat, opini seseorang juga bisa berubah

5 Alasan Kenapa Berubah Opini Itu Wajar, Bukan Munafik ilustrasi sekumpulan orang sedang berdiskusi (pexels.com/SHVETS production)

Diskusi dan debat dengan orang lain dapat membuka pandangan seseorang dan membantu mereka memahami sudut pandang orang lain. Bila selama ini ia selalu kukuh dengan opininya, saat berada dalam forum semacam ini, bisa jadi pemikirannya berubah.

Hal semacam ini jelas wajar, dong. Akan muncul perspektif baru yang mungkin saja kala itu tak pernah terbersit di bentaknya. Kalau kamu pernah gak, nih berubah opini saat diskusi atau debat dengan orang lain?

4. Membaca penelitian, studi atau riset 

5 Alasan Kenapa Berubah Opini Itu Wajar, Bukan Munafik ilustrasi membaca jurnal atau penelitian (pexels.com/Christina Morillo)

Penelitian, riset dan studi baru dapat memberikan informasi baru dan membantu seseorang memperluas pandangan mereka. Ini bisa membantu mereka memahami suatu masalah dengan lebih baik dan berubah pendapat jika diperlukan. Penelitian, riset dan studi dilakukan oleh ahli dan ilmuwan yang berpendidikan dan berpengalaman, dan hasilnya dapat membantu seseorang memahami suatu masalah atau isu dengan lebih baik.

Penelitian dan studi yang benar dan terpercaya dapat memberikan bukti dan data yang mendukung atau membantah pandangan seseorang. Perubahan opini ini gak lantas bikin mereka jadi terlihat plin plan melainkan menunjukkan kalau seseorang terbuka dengan pemikiran dan informasi terbaru sesuai dengan fakta dan bukti di lapangan.

5. Adanya perkembangan pribadi dan emosi 

5 Alasan Kenapa Berubah Opini Itu Wajar, Bukan Munafik ilustrasi seorang wanita sedang menangis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Perkembangan pribadi dan emosi dapat mempengaruhi cara seseorang memandang suatu masalah atau isu. Perkembangan pribadi meliputi perubahan dalam cara berpikir, pengalaman hidup, dan nilai-nilai seseorang. Emosi juga memiliki pengaruh besar pada bagaimana seseorang memandang suatu hal, karena mereka dapat mempengaruhi bagaimana seseorang memproses informasi dan membuat keputusan.

Misalnya, seseorang yang sebelumnya memiliki pandangan yang kaku tentang suatu masalah mungkin berubah pendapat setelah mengalami peristiwa pribadi yang mempengaruhi hidup mereka. Emosi yang mereka alami seperti kemarahan, keprihatinan, atau kebahagiaan dapat mempengaruhi bagaimana mereka memandang masalah tersebut.

Setelah membaca ulasan di atas kini kamu jadi tahu kan kenapa punya opini yang berubah itu wajar. Jadi, jangan lagi melabeli seseorang dengan kalimat menjilat ludah, plin-plan atau bahkan munafik karena berubah opini, ya!

Baca Juga: 5 Alasan Logis saat Usahamu Dikhianati oleh Hasil, Jangan Menyerah

Annisa Nur Fitriani Photo Community Writer Annisa Nur Fitriani

Don't sleep on me

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya