TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Profil Djoko Pekik, Sang Maestro Pelukis Indonesia

Selamat jalan Pak Pekik!

Djoko Pekik dan lukisannya berjudul Berburu Celeng, tahun 1998 (instagram/platarandjokopekik)

Kabar duka menghampiri Indonesia, maestro lukis yang terkenal dengan lukisan berjudul 'Berburu Celeng', Djoko Pekik, meninggal dunia pada usia 86 tahun. Rencananya, Djoko Pekik akan dimakamkan di Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Minggu (13/08/2023).

Djoko Pekik dikenal sebagai pelukis beraliran realis-ekspresif yang lukisannya banyak menggambarkan nilai-nilai kerakyatan. Untuk mengenang dirinya, berikut ini profil Djoko Pekik yang perlu kamu ketahui.

1. Biodata Djoko Pekik

Djoko Pekik dan Karyanya (instagram.com/platarandjokopekik)

Nama: Djoko Pekik
Tempat dan tanggal lahir: Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah, 2 Januari 1937
Tempat dan tanggal wafat: RS Panti Rapih, Yogyakarta, 12 Agustus 2023
Usia: 86 tahun
Pendidikan: Akademi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta (1957)

Baca Juga: Djoko Pekik akan Dimakamkan di Makam Seniman Imogiri Bantul

2. Riwayat kehidupan Djoko Pekik

Djoko Pekik dan Karyanya (instagram.com/platarandjokopekik)

Diketahui, Djoko Pekik lahir dari orangtua, bekerja sebagai petani yang hidupnya tidak terlalu berkecukupan. Inilah mengapa ia pernah mendamba menjadi seorang kepala desa agar keluarganya bisa memiliki kehidupan yang lebih baik.

Dalam pendidikan, Djoko Pekik terdaftar sebagai mahasiswa Akademisi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogjakarta pada tahun 1957-1962. Kemampuan melukisnya semakin meningkat berkat keikutsertaannya di Sanggar Bumi Tarung. Pada sanggar tersebut, Djoko Pekik termasuk sebagai pelukis terbaik pada pameran tingkat nasional yang diadakan LEKRA pada tahun 1964.

Tahun 1965-1972, Djoko Pekik sempat menjadi tahanan politik dan ditahan di Benteng Vredeburg Yogyakarta, karena ia menjadi bagian dari LEKRA yang diasosiasikan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam wawancaranya bersama Wisnu Nugroho setahun silam, Djoko Pekik mengatkan ia menjadi dibenci semua orang karena menjadi eks tapol (tahanan politik).

Ia dijauhi bahkan masuk daftar hitam atau black list selama 30 tahun, hingga membuat hidupnya megap-megap, sulit makan, padahal telah memiliki istri dan anak.

Baca Juga: Pemkab Bantul Gelar Jamasan, Siraman Pusaka Kiai Agnya Murni

Berita Terkini Lainnya