Banyak film yang bercerita tentang hubungan manusia dan hewan. Penonton dihibur oleh kehadiran si hewan dan interaksinya dengan manusia. Eksekusi yang elegen pun berhasil membuat penonton menikmati adegan dan mengambil pesan isi cerita. Hal ini juga dilakukan oleh lima sutradara film di bawah ini
Berikut rekomendasi film yang menempatkan hewan sebagai plot cerita. Sangat menarik untuk ditonton dan banyak isu sosial yang tersirat, lho.
Film ini masuk nominasi Oscar 2023 untuk kategori Best International Feature Film perwakilan Polandia, EO merupakan film garapan Jerzy Skolimowski. Sang sutradara terinspirasi dari film Au hasard Balthazar (1966) dimana keledai mendapat perlakuan tidak baik.
EO bercerita tentang seekor keledai sirkus yang lepas dari kandang dan memulai petualang di alam bebas. Dalam perjalanannya, si keledai bertemu banyak orang dengan beragam karakter.
Dengan cinematografi yang indah dan perawakan sang keledai yang sendu, film EO mampu bertutur akan sifat asli dari manusia. Sebagian orang yang bertemu si keledai menunjukkan kepedulian mereka. Sayangnya, si kedelai menjumpai perlakuan kejam manusia.
Film ini juga memberikan tamparan yang dialamatkan pada pihak yang masih melibatkan hewan sebagai bagian pertunjukan sirkus.
Premis film Jallikattu sederhana dimana ada seekor kerbau yang lepas, yang membuatnya menarik untuk ditonton ialah kehebohan yang intens dihadirkan oleh seisi desa yang ingin menangkap si kerbau.
Disutradarai oleh Lijo Jose Pellissery, film India ini sukses memacu adrenalin penonton dengan pace yang semakin meningkat. Kepanikan natural dari para penduduk desa pun menambah gaduh suasana. Apalagi dibungkus dengan cinematografi yang memanjakan mata tanpa ada scene nyanyi.
Rasanya tidak berlebihan jika Pig menjadi salah satu film terbaik yang pernah dimainkan oleh Nicolas Cage. Tayang pada 2021 dimana pandemik mengharuskan orang stay at home, Pig menjadi momentum yang pas untuk berefleksi tentang kesendirian dan kesepian.
Digarap sutradara Michael Sarnoski, Pig berpusat pada Rob (Nicolas Cage), mantan koki terkenal yang hidup menyendiri di kabin jauh dari kota. Demi menopang kebutuhannya, Rob berburu jamur truffle yang terkenal langka dan sangat mahal. Untungnya ada babi peliharaan sekaligus sahabat terbaiknya yang lihai menemukan truffle.
Suatu hari Rob terbangun dari tidurnya dengan kondisi setengah sadar dan kabin yang berantakan. Malangnya, babinya tidak ditemukan. Ceritapun berkembang menapaki usaha Rob mencari tahu siapa yang mengambil babi miliknya.
Alih-alih menyuguhkan aksi balas dendam brutal, sutradara membawa perasaan kehilangan Rob menjadi lebih intim dan eksklusif. Perlahan kenangan masa lalu tersingkap, menyadarkan Rob akan pencapaiannya, kesendiriannya dan apa yang seharusnya dia lakukan.
Film produksi studio A24, First Cow menjadi contoh paling gampang bahwa memulai usaha yang jujur dari nol itu hampir mustahil. Selalu saja ada lengan yang menyikut bahkan harus membayar mahal.
Hasil adaptasi novel berjudul The Half of Life karya Jonathan Raymond, First Cow kisahkan kehidupan warga Oregan di masa 1820. Kesenjangan ekonomi sangat kontras ditampilkan film karya Kelly Reichardt ini.
Adalah Otis "Cookie" Figowitz (John Magaro) koki Yahudi bagi para fur trapper (penjebak hewan untuk diambil bulunya). Cookie yang mencari kebutuhan masak bertemu King Lu (Orion Lee), imigran Cina dalam keadaan menyedihkan. Kedekatan mereka pun terikat dalam jalinan persahabatan.
Di lain tempat, Chief Factor (Toby Jones) mendatangkan sapi pertama di wilayah Oregan. Dari susu sapi inilah Cookie dan King Lu memulai bisnis jualan kue yang laku keras.
Persahabatan, opportunity hingga kapitalisme sanggup di explore sang sutradara secara bertahap. Penonton pun dibuat tertegun akan ending yang sebenarnya sudah tertebak.
Berbeda dari keempat film sebelumnya, Cocaine Bear terinspirasi dari peristiwa sebenarnya tahun 1985 di hutan Georgia. Film garapan sutradara Elizabeth Banks ini menyadur kisah pengedar narkoba yang menjatuhkan 31,8 kg paket kokain dari atas pesawat, dan seekor beruang menelan paket itu.
Berangkat dari peristiwa itu, film keluaran studio Universal Pictures ini mengembangkan naskah kearah tontonan gore comedy. Kengerian demi kengerian terekam saat beruang yang teler bertemu polisi, kriminal, dan wisatawan. Setidaknya ide ini yang nampak dalam trailer Cocaine Bear.
Apakah film ini akan mengikutsertakan fakta dimana beruang tersebut ditemukan mati overdosis? Sepertinya kita harus ekstra bersabar. Meski sudah tayang 24 Februari lalu di beberapa negara, belum ada jadwal pasti penayangan Cocaine Bear di bioskop Indonesia.
Menghadirkan hewan sebagai bagian penting dalam cerita membuat sebuah film mempunyai nilai spesial. Interpretasi penonton juga lebih beragam akan konflik yang ditawarkan. Sudahkah kamu menonton semua film di atas?