Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App

4 Hal Receh yang Tanpa Disadari Baik Bagi Kesehatan, Apa Saja? 

ilustrasi wanita meditasi (unsplash.com/unsplash+)

Gak bisa dimungkiri kesehatan tubuh menjadi  hal yang sangat penting diperhatikan dan dijaga dengan baik. Pasalnya dengan tubuh yang sehat, ini menjadi penunjang utama dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Sebaliknya, kondisi tubuh yang sakit akan menghambat kegiatan produktif, dan bahkan bisa menimbulkan dampak yang lebih buruk.

Meskipun begitu tentu untuk menjaga kesehatan tersebut,  ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Misalnya dengan istirahat yang cukup, mencukupi kebutuhan nutrisi, atau dengan berolahraga. Selain itu, ada pula beberapa aktivitas yang kelihatannya receh namun justru sehat.

Lantas apa saja sih hal receh yang tanpa disadari baik bagi kesehatan? Selengkapnya ikuti daftarnya sampai akhir.

1. Sering berdiri lama daripada duduk saat beraktivitas

ilustrasi wanita berdiri (unsplash.com/nathan cima)
ilustrasi wanita berdiri (unsplash.com/nathan cima)

Apakah kamu juga sering berdiri lama di sela-sela waktu beraktivitas atau bekerja? Jika iya ini merupakan kebiasaan yang perlu dipertahankan. Sebab meskipun kelihatannya sepele, lebih sering berdiri lama saat beraktivitas dibanding duduk memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan. Seperti melatih otot-otot pada bagian kaki, pantat, dan perut untuk membuat tubuh tetap tegap dalam waktu yang lama. Selain itu, berdiri juga bisa menurunkan risiko obesitas, menjaga kestabilan gula darah, dan lain-lain.

Dilansir Webmd, terlalu banyak duduk akan membuat otak terlihat seperti penderita demensia. Ini juga meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, stroke, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi, yang semuanya berperan dalam kondisi tersebut. Sebaliknya, bergerak sepanjang hari dapat membantu lebih dari berolahraga untuk menurunkan risiko semua masalah kesehatan ini.

Lantas bagaimana sih agar kita bisa membiasakan untuk tidak terlalu lama duduk? Dalam hal ini mungkin tidak mudah apalagi mengingat aktivitas  dan kewajiban setiap orang berbeda-beda, namun kamu bisa memulai dengan melakukan aktivitas fisik sederhana. Seperti jalan cepat di waktu luang, melakukan peregangan saat beraktivitas, dsb. Dilansir Medical News Today, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan orang untuk melakukan aktivitas intensitas sedang setidaknya 150 menit dalam seminggu. Ini bisa berupa lima sesi 30 menit dalam 1 minggu.

2. Makan sayur sebanyak porsi nasi

ilustrasi makan sayur (unsplash.com/farhad ibrahimzade)
ilustrasi makan sayur (unsplash.com/farhad ibrahimzade)

Seberapa banyak sih porsi sayur yang  kamu konsumsi dalam menu harian? Biasanya hanya sebagai teman lauk atau tidak lebih banyak dari porsi nasi, kan? Namun jika kamu suka makan sayur sebanyak porsi nasi, tentunya boleh-boleh saja dan justru bagus. Pasalnya sayuran baik bagi kesehatan. Kandungan serat serta antioksidan yang tinggi dapat membantu melancarkan pencernaan, hingga mengurangi risiko penyakit kronis.

Melansir Everyday Health, sayuran mengandung serat, zat gizi mikro, dan antioksidan, yang mana menjadi sumber makanan paling menyehatkan. Penelitian mengaitkan makan lebih banyak sayuran dengan penurunan berat badan,  menurunkan risiko penyakit jantung, dan menurunkan risiko diabetes tipe 2. Berdasarkan hal tersebut tentu sangat dianjurkan sekali agar kamu lebih sering konsumsi sayuran, ya.

3. Tidak suka makan bagian makanan yang gosong

ilustrasi makanan gosong (unsplash.com/jessie beck)
ilustrasi makanan gosong (unsplash.com/jessie beck)

Hal  receh berikutnya yang tanpa disadari baik bagi kesehatan yaitu tidak suka makan bagian makanan yang gosong.  Meskipun memang bagian  ini biasanya memiliki cita rasa yang berbeda atau lebih renyah, namun efeknya bisa berbahaya bagi kesehatan. Olahan makanan yang terlalu matang  atau dimasak dalam suhu tinggi akan membentuk senyawa akrilamida, sehingga  disebut bisa meningkatkan risiko kanker.

Dilansir BBC, pada tahun 2002, para ilmuwan di Universitas Stockholm menemukan zat akrilamida terbentuk dalam beberapa jenis makanan saat dimasak menggunakan suhu tinggi di atas 120 derajat Celcius. Di antaranya seperti kentang, roti, biskuit, sereal, dan kopi. Dalam reaksinya, akrilamida dalam makanan terbentuk saat gula bergabung dengan asam amino asparagin untuk membentuk warna dan rasa yang khas.

Akrilamida juga dikaitkan dengan risiko kanker yang dilakukan oleh hewan.  Namun dalam pengujiannya dosis yang diberikan lebih besar dibandingkan jumlah paparan pada manusia dalam pola makan sehari-hari. Sedangkan menurut Otoritas Keamanan Pangan Eropa, Akrilamida juga dapat meningkatkan risiko manusia terkena kanker, terutama anak-anak. Namun para peneliti yang mengamati dampaknya terhadap manusia belum dapat mencapai kesimpulan pasti.

4. Lebih senang konsumsi es teh tawar dibanding manis

ilustrasi es teh (unsplash.com/matt hoffman)
ilustrasi es teh (unsplash.com/matt hoffman)

Terakhir, lebih sering konsumsi es teh tawar dibanding manis juga menjadi pilihan yang  baik. Sebab meskipun es teh dengan gula memiliki rasa yang lebih menggugah selera utamanya saat haus, tetapi ada risiko kesehatan di baliknya. Salah satunya yaitu bisa memicu diabetes melitus atau diabetes tipe 2. Sehingga untuk menghindari risiko tersebut, minum es teh tawar tanpa gula bisa menjadi alternatif.

Dilansir Medical News Today, dehidrasi dapat menyebabkan kadar gula darah melonjak. Teh tanpa pemanis adalah pilihan yang bagus untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi. Teh merupakan minuman rendah kalori, sehingga mengonsumsi beberapa cangkir teh tanpa pemanis sepanjang hari tidak akan berdampak pada kadar glukosa darah.

Pada dasarnya tubuh yang sehat menjadi dambaan semua orang. Meskipun demikian untuk mendapatkannya diperlukan konsistensi dalam melakukan kebiasaan baik hari. Salah satunya kamu bisa menerapkan beberapa hal seperti di atas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editorial Team