Syawalan Trah Tradisi Silaturahmi yang Berbudaya dan Toleransi

Syawalan trah Jawa adalah tradisi silaturahmi keluarga dari garis keturunan yang sama pada momen Lebaran. Dulunya, tradisi ini hanya berisi doa dan temu kangen, seiring perkembangan acara keluarga ini diisi dengan beragam hiburan untuk menyesuaikan zaman tanpa mengurangi esensi utamanya yang sarat nilai budaya dan mengembangkan toleransi. Yuk mengenal tentang tradisi syawalan trah keluarga Jawa.
1.Makna trah dan hubungannya dalam tradisi Syawalan

Trah sering terdengar saat Lebaran, karena masyarakat Jawa menjalankan tradisi silaturami untuk saling memaafkan yang dikenal Syawalan Trah.
Trah berasal dari kata truh yang berarti hujan. Saat hujan, air menetes ke bawah, konsep ini dimaknai dalam trah yaitu garis keturunannya dari atas sampai bawah.
Awalnya tradisi ini dijalankan oleh kalangan bangsawan untuk melestarikan budaya Jawa, dan bukan sebagai kegiatan silaturahmi Lebaran. Seiring waktu, tradisi ini berkembang dan jadi pertemuan tahunan pada bulan Syawal.
Trah berkaitan dengan ungkapan Jawa ngumpulke balung pisah, artinya mengumpulkan keluarga yang terpisah karena beragam alasan.
2.Syawalan trah bangsawan di Jogja beradaptasi dengan perkembangan zaman

Zaman dulu, trah golongan bangsawan memegang erat hierarki berdasarkan status, kedudukan, dan pangkat. Atik Triratnawati dalam jurnalnya Gaya Pengelolaan dan Dinamika Trah Jawa, meneliti tentang trah Jawa yang berbasis di Jogja, diuraikan bahwa pertemuan trah Hamengku Buwana VII mengikuti aturan ketat keraton seperti penataan tempat duduk, pemilihan jenis makanan yang disajikan, hingga bentuk piring yang digunakan juga ada aturannya sesuai tingkatan kedudukan seseorang terhadap HB VII.
Kini, acara trah tersebut mengalami inovasi dengan melihat perkembangan zaman, di mana tujuannya agar banyak anggota yang tertarik datang, apalagi generasi muda. Meski, tempat duduk anggota tertua tetap diberikan pada barisan depan, itu adalah wujud penghormatan.
Beberapa hal dalam pelaksanaannya menunjukkan bahwa tradisi ini untuk mempertahankan budaya Jawa. Hal tersebut nampak pada penggunaan seragam keluarga, yaitu batik motif kawung yang melambangkan kejayaan HB VII. Kemudian dari hiburannya, ada pertunjukkan Tari Klana Raja yang menandai dimulainya acara, serta musik gamelan sebagai pengiring doa dan suasana kebersamaannya.
Pertemuan trah mampu mempererat hubungan keluarga, sekaligus menghapus sekat perbedaan sehingga tak lagi ada jarak. Antaranggota keluarga yang awalnya malu-malu dan canggungsekarang gak lagi sungkan dengan tetap menjaga kesopanan.
3.Syawalan trah mampu menumbuhkan kepedulian

Tak hanya pertemuan bermaaf-maaf saat Lebaran, syawalan trah juga menumbuhkan empati sehingga peduli pada anggota keluarga tertentu. Seperti yang dijelaskan dalam jurnal Konstruksi Identitas Kultural Masyarakat Pluralis dalam Terpaan Globalisasi, karya Pawito dan Drajat T. K., bahwa dalam pertemuan ini membahas hal lain yang bertujuan baik seperti memberikan bantuan kepada anggota trah yang kesusahan, membahas rencana mendukung pendidikan daerah, menyumbang dana, dan sebagainya.
Tak hanya semangat menjaga kerukunan keluarga, namun juga wadah mengasah diri berempati pada orang lain yang memang membutuhkan bantuan. Ini baik bagi generasi muda anggota trah, agar mereka tetap berempati untuk berbagi kebaikan sesuai kemampuan.
4.Manfaat mengikuti syawalan trah saat momen Lebaran

Hadir dalam undangan syawalan trah mendapat banyak manfaat, antara lain semakin kenal dan memahami jenis relasi keluarganya. Dengan begitu, juga membantu memperjelas cara semestinya memanggil anggota keluarga, sebab di Jawa untuk menyapa orang lain ada etika dengan menambah sebutan panggilan. Apakah yang tepat dipanggil mas, mbak, paklik, bulik, pakdhe, budhe, atau simbah.
Generasi muda juga semakin paham etika dalam kegiatan pertemuan. Saat menyapa orang yang lebih tua, cara memberi hormat dengan bersalaman sambil mencium tangan, dan masih banyak lagi tata krama yang bisa dipelajari.
Manfaat lainnya yaitu soal efisiensi waktu dalam silaturahmi Idulfitri. Bagi anggota keluarga yang juga punya jadwal kunjungan Lebaran ke kerabat lainnya, hadir saat syawalan ytrah hal yang menguntungkan. Sekali datang ke satu acara, bisa bertemu banyak saudara, hemat waktu, tenaga, dan biaya transportasi.
Acara ini juga mengajarkan sikap toleransi, menjaga kerukunan keluarga dengan saling menghormati. Semua berkumpul, bermaaf, dan bersenang-senang.