2. Peduli lingkungan

Ilustrasi anak dan tanaman (pexels.com/Maggie My Photo Album)

Topik perubahan iklim dan lingkungan merupakan isu yang sangat serius dan memprihatinkan saat ini. Banyak prediksi tentang bencana alam yang akan terjadi di masa depan akibat perubahan iklim. Meskipun sekolah memberikan pengetahuan mengenai masalah ini, namun kesadaran akan tanggung jawab tetap menjadi kunci.

Orangtua memiliki peran penting dalam memastikan anak-anak memahami dan merasa bertanggung jawab terhadap lingkungan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan anak pilihan. Ketika anak melakukan kesalahan, orangtua dapat meminta anak untuk memilih tindakan yang dianggap tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut dan mengevaluasi apakah tindakan tersebut merupakan pilihan yang baik. Dengan cara ini, anak belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka dan menyadari pentingnya menjaga lingkungan sebagai tanggung jawab bersama.

3. Tingkatkan kegemaran membaca

Ilustrasi ayah dan anak sedang membaca buku (pexels.com/Andy Kuzma)

Sebuah riset yang dilakukan oleh IDN Media mengungkapkan bahwa konten berupa video saat ini jauh lebih diminati dibandingkan dengan konten tulisan. Persentase konten video mencapai 75 persen, sementara konten tulisan hanya mencapai 6 persen. Fenomena ini tidak mengherankan karena menonton video memanfaatkan dua indra sekaligus, pendengaran dan penglihatan, sehingga informasi lebih mudah diserap oleh otak.

Meskipun demikian, ada dampak buruk dari dominasi konten video ini, yaitu menurunnya fungsi otak dan menimbulkan kecenderungan malas berpikir. Hal ini berdampak pada perilaku anak yang lebih suka hal-hal instan, kurang sabar, dan kurang menghargai proses. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk menanamkan minat membaca pada anak-anak. Dengan demikian, secara alami anak akan kembali tertarik pada kegiatan membaca. Seperti yang diketahui, membaca memiliki banyak manfaat yang positif untuk perkembangan intelektual dan emosional anak.

4. Mengatasi stres

Ilustrasi ibu menemani anaknya yang sedang stres (pexels.com/Kindel Media)

Generasi Alpha dibesarkan dalam era yang penuh dengan perubahan cepat. Kita sering menemui anak-anak yang pada usia mereka yang masih belia, memiliki gaya dan pemikiran yang dewasa. Ini cukup mengejutkan karena pada dasarnya, anak seharusnya bertindak dan bersikap sesuai dengan usianya. Globalisasi adalah salah satu faktor yang berkontribusi pada fenomena ini. Anak-anak yang besar di zaman ini sering kali merasa tertekan karena terpaksa mengikuti ritme kehidupan yang cepat, padahal kemampuan otak mereka belum sepenuhnya siap.

Terkait dengan hal ini, penting untuk diwaspadai bahwa tekanan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan perkembangan anak. Pada masa-masa kecil mereka, biarkanlah mereka menikmati masa bermain dan eksplorasi. Sebisa mungkin, lindungi mereka dari dampak negatif teknologi yang berlebihan. Semangat dan energi positif yang mereka miliki akan berpengaruh baik pada fungsi otak mereka, memungkinkan mereka untuk menyerap ilmu dengan lebih optimal.

Baca Juga: 3 Cara Tegas Menyikapi Anak Manja dan Malas Kerja, Cabut Fasilitas

5. Pendidikan moral

Ilustrasi ibu dan anak sedang melakukan kegiatan bersama (pexels.com/Angela Roma)

Pada masa dunia tanpa batas ini, membuat segalanya lebih mudah diakses. Berbagai budaya yang masuk ke Indonesia, membuat hilangnya identitas bangsa. Berkurangnya rasa hormat dan saling menghargai, saling mem-bully, dan permasalahan moral lainnya. Jika dibiarkan, generasi ini tidak bisa menjadi penerus yang baik untuk masa depan.

Berkurangnya moral jelas mempengaruhi tingkah laku individu. Agar anak kuat pendirian, sebaiknya orangtua menanamkan nilai agama yang kuat, sehingga mereka dapat membedakan yang baik dan buruk. Termasuk dalam pertemanan, anak tahu apakah temannya baik atau justru membawanya pada keburukan. Sebab lingkungan pertemanan pun berpengaruh pada perkembangannya. 

6. Memanfaatkan teknologi dengan efektif

Ilustrasi ibu dan anak sedang memainkan laptop (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Teknologi masa kini tidak diragukan lagi kecanggihannya. Kini ramai dengan adanya AI, yang disebut bisa mempermudah pekerjaan manusia. Orangtua yang bahkan tidak tahu cara memakai teknologi terbaru, tidak bisa mengajarkan anak. Sementara itu, sang anak harus berkembang agar tidak stuck. Sebelum melepas anak, orangtua sebaiknya melakukan pendekatan terlebih dahulu, kemudian pantau.

Ada kalanya orangtua harus memberikan ruang anak untuk tumbuh sendiri, agar kelak mereka bisa hidup mandiri dan melatih mentalnya agar kuat. Membangun hubungan dengan anak, akan membuat mereka lebih terbuka dan tidak enggan membagikan pengalamannya pada orangtua. Dengan begitu, akan tercipta rasa saling percaya dan orangtua menjadi lebih tenang.

7. Gemar belajar

Ilustrasi anak sedang belajar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pada masa kini kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah dengan efektif sangat dibutuhkan. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa generasi Alpha adalah generasi yang hidupnya paling dekat dengan teknologi. Maka dari itu, anak bisa memaksimalkan teknologi untuk belajar hal baru, dan memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. 

Orangtua bisa memberikan permainan yang bisa mengasah kemampuan otaknya, seperti memberikan kuis soal logika, membacakan buku bertema pengetahuan dan sains, bahkan bisa mengasah kemampuan anak berbahasa asing, bermain puzzle, rubik, dan permainan lainnya. Dengan begitu, anak tumbuh dengan bekal yang cukup untuk bisa berkontribusi di masa depan. 

Itu dia hal-hal yang bisa menjadi reminder bagi para orangtua dan calon orangtua, untuk mendidik anak agar lebih siap menghadapi masa depan yang tidak bisa diprediksi. Menjadi orangtua memang harus siap, karena anak yang hebat, lahir dari keluarga yang hebat. Untuk itu dibutuhkan didikan tegas. Bangsa ini membutuhkan generasi yang unggul demi masa depan yang lebih baik.

Generasi Alpha adalah generasi yang bisa membawa masa depan cerah untuk Indonesia. Mereka harus dibekali dengan pendidikan yang baik, secara formal maupun non formal. Sebagai orangtua, tentunya kamu juga perlu memiliki bekal yang cukup agar bisa mendampingi mereka dengan baik. Pikirkan secara matang apakah kita sudah siap secara mental, finansial, maupun fisik. Ketika anak kita mendapatkan pendampingan yang baik, kualitas SDM juga pasti bisa meningkat dan bermanfaat bagi kehidupannya.

Baca Juga: Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum Menerapkan Gentle Parenting