Kenapa Remaja Masih Suka Tantrum? Ini 5 Penyebabnya Berdasar Sains

Orangtua perlu pahami penyebabnya!

Intinya Sih...

  • Fluktuasi hormon pada remaja dapat menyebabkan perubahan suasana hati, mudah tersinggung, dan ambang batas toleransi yang rendah.
  • Fungsi eksekutif otak yang belum matang pada remaja membuat mereka kesulitan mengendalikan emosi, terutama saat emosi sudah memuncak.
  • Remaja yang sering tantrum mungkin mengalami disfungsi pada sirkuit otak yang mengatur emosi, terutama yang berkaitan dengan threat dan reward.

Pada fase remaja memang emosi jadi tidak stabil dan gampang tersulut. Marah dan frustasi kerap kali terjadi pada fase ini. Namun, apa jadinya jika emosi pada remaja tersebut diluapkan dengan cara tantrum?

Tantrum mungkin umum dijumpai pada fase kanak-kanak. Akan tetapi, jika tantrum dialami oleh remaja, orangtua harus mencari tahu penyebabnya guna memperbaiki kondisi ini. Kamu bisa menemukan 5 alasan remaja masih suka tantrum berdasar sains berikut ini!

1. Fluktuasi hormon bisa pengaruhi emosi pada remaja

Kenapa Remaja Masih Suka Tantrum? Ini 5 Penyebabnya Berdasar Sainsilustrasi remaja sedang tantrum (freepik.com/master1305)

Remaja akan mengalami fluktuasi hormon yang berhubungan dengan fungsi reproduktif. Perubahan hormon ini tidak hanya berpengaruh pada fisik remaja saja. Sisi emosional mereka pun turut terkena efeknya.

Pada remaja putra akan mengalami perubahan pada produksi hormon testosteron. Sedangkan, remaja putri mengalami perubahan produksi hormon estrogen dan progesteron. Fluktuasi hormon-hormon tersebut turut mempengaruhi kinerja otak pada bagian pengatur emosi (Neuroscience, 2013).

Fluktuasi testosteron dapat menyebabkan peningkatan energi, dorongan seks, agresivitas, memicu mood swing dan perubahan perilaku. Fluktuasi estrogen dan progesteron selama siklus menstruasi dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang drastis. Seperti mudah marah, sedih, atau lelah.

Akibat fluktuasi tersebut, remaja jadi mudah tersinggung. Ambang batas toleransi mereka terhadap stres menjadi lebih rendah. Ketika mereka tidak bisa mengelola emosi, maka akan diluapkan dengan cara tantrum.

2. Fungsi eksekutif belum matang

Kenapa Remaja Masih Suka Tantrum? Ini 5 Penyebabnya Berdasar Sainsilustrasi remaja sedang tantrum (freepik.com/freepik)

Remaja berada dalam tahap perkembangan otak yang pesat. Terutama pada bagian depan, tepatnya prefrontal cortex (PFC) yang sangat penting untuk fungsi eksekutif (Developmental Neuropsychology, 2005). Area tersebut terhubung dengan bagian otak lainnya yang terkait dengan emosi, stres, dan fungsi otonom.

Fungsi eksekutif yang belum matang pada remaja dapat membuat mereka kesulitan mengendalikan negatif yang intens. Apalagi jika emosi tersebut sudah memuncak dan berada diambang batas, kemungkinan remaja gagal mengendalikan emosi jadi meningkat. Remaja pun mungkin kesulitan menenangkan diri dan melampiaskannya melalui tantrum.

3. Sirkuit otak terkait threat dan reward kurang berfungsi optimal

Kenapa Remaja Masih Suka Tantrum? Ini 5 Penyebabnya Berdasar Sainsilustrasi remaja sedang tantrum (freepik.com/stockking)

Remaja yang sering tantrum mungkin mengalami disfungsi pada sirkuit otak yang mengatur emosi (Trends in Cognitive Sciences, 2017). Terutama yang berkaitan dengan threat dan reward. Sirkuit otak tersebut melibatkan amigdala, hipotalamus, periaqueductal gray (PAG), dan korteks prefrontal dalam kerjanya.

Disfungsi sirkuit otak tersebut mengakibatkan remaja mengalami kesulitan dalam memproses situasi yang dianggap mengancam. Otak mereka mungkin bereaksi berlebihan terhadap situasi-situasi tersebut. Selain itu, mungkin juga mengalami kesulitan dalam mengatur harapan dan respons terhadap kegagalan. Sehingga, akan muncul respon berlebihan seperti tantrum.

Baca Juga: 5 Tanda Depresi pada Remaja, Orangtua harus Waspada

4. Pengaruh lingkungan sekitar sejak kanak-kanak

Kenapa Remaja Masih Suka Tantrum? Ini 5 Penyebabnya Berdasar Sainsilustrasi lingkungan yang tidak kondusif untuk anak (freepik.com/freepik)

Masa kanak-kanak sangat krusial dalam pembentukan pribadi seseorang. Kejadian pada fase tersebut sering kali akan diingat hingga tua. Pada lingkungan yang kurang kondusif untuk anak, kemungkinan untuk kesulitan mengatur emosi jadi besar.

Saat si anak tumbuh dan memasuki masa remaja, sangat mungkin mereka mengekspresikan emosinya dengan tantrum. Selain itu, pada fase remaja akan dialami transisi dalam berbagai segi. Seperti fisik hingga lingkungan sosial.

Berada dalam lingkungan sosial yang tidak mendukung juga bisa mempengaruhi cara remaja memproses emosi (American Journal of Psychiatry, 2015). Gesekan yang dialami remaja dan ditambah kurangnya kemampuan mengatur emosi akan menjadi tantangan. Saat berada dalam situasi yang tidak nyaman, remaja mungkin akan menyalurkan emosinya dalam bentuk tantrum.

5. Fase remaja masih belajar mengenali dan meregulasi emosi

Kenapa Remaja Masih Suka Tantrum? Ini 5 Penyebabnya Berdasar Sainsilustrasi remaja sedang tantrum (freepik.com/ 8photo)

Fase remaja jadi periode perkembangan berbagai hal. Termasuk belajar meregulasi emosi dan membangun identitas diri. Emosi yang intens seperti marah, frustrasi, merasa gagal, atau kesedihan akan lebih sering timbul akibat perubahan biologis dalam tubuh.

Namun, tidak semua remaja dapat mengenali emosi yang mereka rasakan. Kegagalan pengenalan emosi ini juga mempengaruhi cara mereka mengelolanya (Research on Child and Adolescent Psychopathology, 2023). Saat dihadapkan pada situasi yang tidak diharapkan dan gagal mengelola emosi, remaja mungkin meluapkannya dalam cara tantrum.

Meskipun tantrum hanya dialami segelintir remaja saja, bukan berarti hal tersebut remeh. Kebiasaan ini patut menjadi perhatian mama dan Papa jika sering terjadi. Mengetahui kemungkinan penyebabnya dapat membantu untuk menentukan langkah penyelesaiannya.

Sesekali mungkin wajar terjadi. Namun, jika terjadi dalam frekuensi yang tinggi, segera pertimbangkan untuk menghubungi tenaga profesional. Dengan begitu hubungan orangtua dan remaja akan tetap sehat serta harmonis.

Baca Juga: 3 Tips agar Anak Remaja Mau Deep Talk dengan Orangtua

Masrurotul Hikmah Photo Community Writer Masrurotul Hikmah

Cheesecake addict!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya