Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Kebiasaan Finansial Ini Bikin Kamu Gak Pernah Punya Dana Darurat

ilustrasi belum ada uang (freepik.com/freepik)
ilustrasi belum ada uang (freepik.com/freepik)

Dana darurat adalah salah satu fondasi penting dalam keuangan pribadi. Fungsinya bukan cuma sebagai penyelamat saat ada kebutuhan mendesak, tapi juga memberi rasa aman di tengah ketidakpastian hidup. Sayangnya, gak semua orang punya dana darurat yang memadai. Banyak yang merasa uang selalu habis di akhir bulan tanpa tahu ke mana perginya.

Masalahnya sering kali bukan pada besar kecilnya penghasilan, tapi pada kebiasaan finansial yang keliru. Kebiasaan-kebiasaan ini berjalan tanpa disadari, pelan tapi pasti menggerogoti kesempatan untuk membangun dana cadangan. Supaya bisa lebih siap menghadapi situasi darurat, penting untuk mengenali dan menghentikan pola yang membuat tabungan selalu kosong. Berikut lima kebiasaan finansial yang tanpa sadar membuat gak pernah punya dana darurat.

1. Terlalu sering jajan atau beli makanan siap saji

ilustrasi beli makanan siap saji (pexels.com/El gringo photo)

Beli makanan siap saji atau jajan di luar memang terasa praktis, apalagi setelah hari yang melelahkan. Tapi kalau dilakukan terlalu sering, pengeluaran bisa membengkak tanpa terasa. Dalam seminggu, uang yang keluar untuk kopi, camilan, atau makan malam di luar bisa lebih besar daripada tagihan listrik bulanan. Kebiasaan kecil yang terlihat sepele ini sering jadi penyebab utama kenapa gaji cepat habis.

Tanpa perencanaan makan yang matang, uang yang seharusnya masuk ke tabungan malah menguap. Padahal, memasak sendiri jauh lebih hemat dan sehat. Mengatur jadwal belanja dan menyiapkan makanan di rumah bisa memangkas pengeluaran cukup drastis. Kebiasaan ini kalau terus dibiarkan akan membuat kesempatan membangun dana darurat selalu tertunda.

2. Gak pernah mencatat pengeluaran

ilustrasi mencatat pengeluaran (freepik.com/wirestock)
ilustrasi mencatat pengeluaran (freepik.com/wirestock)

Banyak orang merasa sudah hemat, padahal sebenarnya hanya gak tahu ke mana saja uangnya pergi. Tanpa mencatat pengeluaran, susah untuk mengontrol arus keluar uang. Rasanya seperti keuangan bocor tapi gak kelihatan di mana lubangnya. Padahal, dengan pencatatan yang rapi, setiap pengeluaran bisa dievaluasi dan dikendalikan.

Pencatatan keuangan gak perlu rumit. Bisa mulai dari catatan sederhana di buku atau aplikasi gratis di ponsel. Yang penting, ada kesadaran atas setiap rupiah yang dikeluarkan. Dengan begitu, dana darurat bisa disisihkan secara konsisten dan gak terganggu oleh pengeluaran yang gak perlu.

3. Terlalu gampang tergoda diskon dan promo

ilustrasi belanja online (freepik.com/freepik)
ilustrasi belanja online (freepik.com/freepik)

Diskon memang menggoda, apalagi yang berlabel terbatas atau flash sale. Tapi sering kali, yang dibeli sebenarnya bukan kebutuhan, melainkan keinginan sesaat. Kebiasaan belanja karena takut ketinggalan promo bisa membuat kondisi keuangan semakin rapuh. Tanpa disadari, pengeluaran untuk hal yang gak penting terus bertambah.

Rasa puas karena merasa mendapat harga murah justru bisa menjerumuskan ke dalam pemborosan. Barang yang dibeli pun sering berakhir tak terpakai. Lebih baik menunda keinginan dan fokus pada kebutuhan utama. Dengan disiplin seperti ini, alokasi untuk dana darurat bisa berjalan lebih lancar.

4. Gak punya anggaran bulanan

ilustrasi sedih tidak punya uang (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi sedih tidak punya uang (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tanpa anggaran, keuangan akan sulit dikendalikan. Orang cenderung menghabiskan uang sesuai mood, bukan sesuai prioritas. Anggaran bulanan bukan hanya alat pengatur, tapi juga petunjuk arah dalam mengambil keputusan finansial. Tanpa batasan jelas, uang akan habis tanpa sisa sebelum pertengahan bulan.

Punya anggaran membantu memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Ini juga membantu menetapkan berapa besar dana yang harus disisihkan untuk keperluan darurat. Saat pengeluaran sudah terencana, keuangan jadi lebih stabil dan terhindar dari krisis mendadak.

5. Selalu menunda menabung

ilustrasi menabung (freepik.com/jcomp)
ilustrasi menabung (freepik.com/jcomp)

Menunda menabung sering terdengar seperti alasan klasik, "Nanti kalau gajinya naik", atau "Sekarang masih banyak kebutuhan." Padahal, menunda terus hanya akan membuat tabungan gak pernah ada. Waktu terus berjalan, dan kebutuhan gak pernah benar-benar habis. Kalau gak dimulai sekarang, kapan lagi?

Kebiasaan menunda ini harus dilawan dengan kedisiplinan. Sisihkan tabungan begitu menerima penghasilan, bukan menunggu sisa di akhir bulan. Menabung bukan soal jumlah, tapi soal konsistensi. Dengan pola pikir ini, dana darurat akan terbentuk perlahan tapi pasti.

Dana darurat adalah fondasi penting dalam membangun keamanan finansial. Sayangnya, banyak yang merasa susah punya dana darurat bukan karena penghasilan terlalu kecil, tapi karena kebiasaan buruk yang terus dibiarkan. Mengubah kebiasaan memang gak mudah, tapi bukan berarti gak mungkin.

Mulailah dengan satu langkah kecil: sadari kebiasaan mana yang paling merusak, lalu atasi satu per satu. Dengan begitu, dana darurat akan mulai terbentuk, dan hidup pun terasa lebih tenang. Saat keuangan sudah terkendali, segala hal jadi lebih mudah dihadapi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us