Makna Patung Loro Blonyo dalam Pernikahan Adat Jogja

Dalam pernikahan adat Jawa, termasuk gaya Yogyakarta, terdapat berbagai simbol yang dalam rangkaian prosesinya sebagai lambang kehidupan rumah tangga sejahtera. Simbol yang masih juga dijaga sampai sekarang adalah, patung loro blonyo.
Patung ini berupa sepasang pengantin mengenakan busana adat Jawa gaya basahan yang duduk berdampingan. Tak hanya karya seni, patung ini memiliki makna bagi kedua mempelai yang melambangkan ketenteraman, keharmonisan, hingga kesuburan.
Loro blonyo dipercaya sebagai perwujudan Dewi Kesuburan yang memberikan keberkahan bagi pengantin baru. Untuk lebih memahami salah satu karya seni yang berfilosofi ini, mari simak ulasan berikut.
1.Patung loro blonyo sebagai simbol kerajaan hingga menjadi barang komoditi

Sebagai pusatnya kebudayaan, Keraton Jogja menyimpan beragam peninggalan sejarah. Di antaranya kereta kencana, keris, buku, tombak, hingga patung. Semuanya mempunyai makna berharga sehingga terus dijaga kelestariannya.
Salah satu yang menarik perhatian yaitu patung loro blonyo paes Yogyakarta. Tak hanya sekadar karya seni biasa yang indah dipandang, tapi juga memiliki makna sakral dalam budaya Jawa.
Awalnya patung ini hanya dimiliki kaum bangsawan Kerajaan Mataram Islam Yogyakarta. Patung loro blonyo yang ada di rumah melambangkan status sosial seseorang, sekaligus simbol kemakmuran hingga perlindungan keluarga.
Ini juga bagian dari benda yang disakralkan karena fungsinya tak hanya sebagai dekorasi. Adanya patung ini dipercaya mampu membawa keberuntungan bagi pasangan suami istri yang tinggal di rumah tersebut.
Seiring waktu, status sakral patung ini sudah mengalami pergeseran. Kalau dulu hanya bisa dimiliki bangsawan, sekarang sudah menjadi bagian waarga biasa. Pengrajin kesenian patung pun mulai memproduksinya dalam jumlah banyak untuk dipasarkan. Meski kini bisa dimiliki siapa saja, perlu untuk tetap memahami nilai-nilai budaya di dalamnya.
2. Kesamaan loro blonyo dengan kembar mayang

Patung loro blonyo memiliki kesamaan dengan kembar mayang, yaitu hiasan janur yang ada dalam tradisi pernikahan adat Jawa. Keduanya melambangkan keseimbangan, keselarasan, dan keharmonisan hidup rumah tangga.
Jika diletakkan dalam rumah, posisi patung ini ada di bagian senthong atau paseman, yaitu ruang kamar yang sifatnya pribadi. Tempat yang dianggap sakral sehingga sering digunakan untuk menyimpan benda-benda berharga pemiliknya.
Loro blonyo hadir dalam beberapa gaya antara lain paes ageng pengantin Jogja, pengantin Ageng Solo, pengantin Ageng Mangkunegaran, ada pula yang tidak berbusana adat Jawa lengkap.
3.Bentuk patung loro blonyo paes Jogja

Bentuk dan atribut pada patung loro blonyo paes Jogja mencerminkan keindahan tradisi pernikahan adat Jawa. Seperti penjelasan dalam jurnal Patung Loro Blonyo Paes Yogyakarta: Subjektivitas dalam Konsep Kreatif Gunjiar, karya Supono (2019), pembuatan patung ini mengikuti aturan baku Keraton Jogja.
Bagian kepala pengantin laki-laki memakai kuluk, sedangkan perempuan menggunakan cunduk mentul, bagian dahi dihias, rambut disanggul dan ditutup dengan rangkaian bunga melati.
Di bagian tengah, perempuan memakai kemben, warnanya beragam seperti cokelat, biru, kuning, merah, hijau dan putih. Kemudian, diberi setagen dengan motif garis melingkari tubuh. Pengantin perempuan mengenakan kain jarik sidho mukthi atau kebaya.
Pada bagian pergelangan tangan kedua pengantin juga memakai gelang, sehingga tampilannya semakin berkesan melambangkan keceriaan.
Mengenai posisi patungnya ada perbedaan, patung laki-laki duduk bersila, dan patung perempuan duduk timpuh. Ketika diletakkan pada saat perayaan pernikahan, sepasang patung loro blonyo duduk berdampingan. Laki-laki di sebelah kanan, dan perempuan di sebelah kiri.
Patung loro blonyo bukan sebatas dekorasi dalam upacara tradisi pernikahan Jawa, tapi juga terdapat makna yang mendalam. Sebagai simbol keselarasan dan keseimbangan, patung ini mencerminkan harapan suatu hubungan rumah tangga yang bahagia. Seperti pandangan Subiyantoro (2009) pada jurnal Patung Loro Blonyo dalam Kosmologi Jawa, loro blonyo menggambarkan filosofi hidup orang Jawa yang berusaha menyelaraskan dirinya dengan alam semesta dan Sang Pencipta, untuk memiliki kehidupan bermakna indah hingga akhir hayatnya.
Di balik bentuk yang anggun, sepasang patung pengantin ini mengajarkan cara menjalankan hidup berumah tangga. Perlu ada kerja sama dengan porsi seimbang antara suami dan istri, saling melengkapi, menghargai, serta mengapresiasi.