Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Urutan Bulan dalam Kalender Jawa, Punya Makna dan Tradisi Unik

ef4c1066-37d9-4344-b066-f88a776036f8.jpg
Urutan bulan menurut Kalender Jawa dan Maknanya (kratonjogja.id)
Intinya sih...
  • Sura adalah awal tahun menurut Kalender Jawa, bertepatan dengan tanggal satu Muharram di kalender Hijriyah. Bulan ini sakral bagi masyarakat Jawa dan dirayakan dengan perenungan serta momen untuk mendoakan keselamatan.
  • Sapar atau Safar adalah bulan kedua dalam Kalender Jawa yang terdiri dari 29 hari. Upacara peringatan seperti Saparan Bekakak dilakukan secara rutin tiap tahun.
  • Mulud merupakan bulan ketiga dalam Kalender Jawa yang memiliki jumlah 30 hari. Pada bulan ini diadakan upacara Garebeg Maulud sebagai perayaan dari hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Jika selama ini akrab dengan Januari, Februari, sampai Desember sebagai sebutan tiap bulannya dalam tahun Masehi, sudah tahu apa saja urutan bulan menurut menurut Kalender Jawa? Dilansir laman resmi Keraton Yogyakarta, kratonjogja.id, Kalender Jawa juga disebut sebagai Kalender Sultan Agungan karena dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645).

Supaya tahu apa nama-nama bulan dalam Kalender Jawa, yuk, simak informasi berikut ini. Punya makna dan tradisi masing-masing, lho!

1. Sura

Ilustrasi Laku lampah mubeng jero benteng. (Dok. Keraton Yogyakarta)
Ilustrasi Laku lampah mubeng jero benteng. (Dok. Keraton Yogyakarta)

Sura adalah awal tahun menurut Kalender Jawa, sekaligus bertepatan dengan tanggal satu Muharram di kalender Hijriyah. Bulan ini cukup sakral bagi masyarakat Jawa karena biasanya dilakukan perenungan dan momen untuk mendoakan keselamatan serta kemakmuran bersama. Dalam masyarakat Jawa, Sura dirayakan secara khusyuk seperti acara mubeng beteng bersamaan dengan tapa bisu hingga jamasan pusaka.

2. Sapar

upacara saparan bekakak (geoparkjogja.jogjaprov.go.id)
upacara saparan bekakak (geoparkjogja.jogjaprov.go.id)

Bulan kedua yaitu Sapar atau yang menurut kalender Hijriah disebut Safar. Bulan Sapar terdiri dari 29 hari yang dalam tradisi Keraton Jogja, banyak dilakukan upacara peringatan. Misalnya Upacara Saparan Bekakak yang bertujuan sebagai tradisi tolak bala yang dilakukan secara rutin tiap tahun.

3. Mulud

Prosesi Garebeg Maulud yang digelar Keraton Yogyakarta, Kamis (28/9/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Prosesi Garebeg Maulud yang digelar Keraton Yogyakarta, Kamis (28/9/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Selanjutnya yaitu Mulud. Dari bulan ketiga dalam Kalender Jawa ini memiliki jumlah 30 hari. Bertepatan dengan Rabiul Awal dalam kalender Islam, pada bulan ini merupakan perayaan dari hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang biasanya diadakan upacara Garebeg Maulud. Garebeg Maulud memiliki ciri khas gunungannya yang berisi hasil bumi untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai simbolis rasa syukur.

4. Bakdamulud

ilustrasi Keraton Yogyakarta (instagram.com/kratonjogja)
ilustrasi Keraton Yogyakarta (instagram.com/kratonjogja)

Sebutan bulan dalam Kalender Jawa berikutnya adalah Bakdamulud. Bakdamulud artinya yaitu bulan yang jatuh setelah bulan Mulud, sekaligus bertepatan dengan bulan Rabiul Akhir dalam Kalender Islam.

5. Jumadilawal

ilustrasi Keraton Yogyakarta (instagram.com/kratonjogja)
ilustrasi Keraton Yogyakarta (instagram.com/kratonjogja)

Nama Jumadilawal sebagai bulan kelima dalam Kalender Jawa, diambil dari nama yang sama dari Kalender Islam. Berjumlah 30 hari, dalam bahasa Arab "Jumadil" berasal dari kata "jumad," yang artinya "membeku" atau "kering" sedangkan "awal" yaitu "pertama". Bulan Jumadilawal memiliki makna bagi Keraton Jogja karena merupakan Hadeging Nagari atau hari peringatan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

6. Jumadilakhir

Ilustrasi para abdi dalem keraton Jogja (instagram.com/kratonjogja)
Ilustrasi para abdi dalem keraton Jogja (instagram.com/kratonjogja)

Jumadilakhir yang terdiri dari 29 hari adalah bulan keenam dalam Kalender Jawa. Pemaknaan bulan Jumadilakhir antara kalender Hijriah dan Jawa sama, yakni akhir dari masa pendinginan di mana menjadi momen yang tepat untuk berserah diri.

7. Rejeb

Keraton Jogja (instagram.com/kratonjogja)
Keraton Jogja (instagram.com/kratonjogja)

Apabila dalam Kalender Islam memiliki bulan Rajab, maka di Kalender Jawa disebut Rejeb. Bulan Rejeb dinilai istimewa dan penuh berkah seperti yang tertuang pada buku Primbon Masa Kini karangan Donny Satryowibowo Ranoewidjojo. Karena ini banyak masyarakat Jawa yang lantas mengadakan pernikahan pada bulan tersebut.

8. Ruwah

Keraton Yogyakarta menggelar Garebeg Syawal memperingati Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah pada Kamis (11/4/2024). Ada sebanyak enam gunungan yang dikeluarkan (Instagram/kratonjogja)
Keraton Yogyakarta menggelar Garebeg Syawal memperingati Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah pada Kamis (11/4/2024). Ada sebanyak enam gunungan yang dikeluarkan (Instagram/kratonjogja)

Bulan kedelapan disebut Ruwah yang dalam Kalender Islam disebut dengan Sa'ban. Pada bulan ini identik untuk mengirimkan doa kepada leluhur seperti yang dijalankan oleh Keraton Jogja dengan mengadakan Hajad Dalem Kuthomoro. Sri Sultan akan mengirimkan berbagai uba rampe lewat Abdi Dalem utusannya untuk ziarah ke makam-makam Kagungan Dalem.

9. Pasa

Masjid Gede Kauman (kratonjogja.id)
Masjid Gede Kauman (kratonjogja.id)

Pasa adalah sebutan bulan kesembilan untuk Kalender Islam. Pasa atau Poso yang miliki hari sejumlah 30 ini berasal dari ibadah puasa yang dijalankan oleh umat Islam, yang disebut Ramadan dalam kalender Hijriah.

10. Sawal

Hajad Dalem Garebeg Sawal (kratonjogja.id)
Hajad Dalem Garebeg Sawal (kratonjogja.id)

Disebut Sawal dalam Kalender Jawa sedangkan di Kalender Islam bernama Syawal. Dalam tradisi Kraton Jogja, diadakan lah Garebeg Syawal sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas selesainya bulan Ramadan. Diawali dengan salat Idulfitri, lalu akan ada arak-arakan gunungan yang dilakukan oleh kerabat keraton beserta Abdi Dalem.

11. Dulkaidah

Ilustrasi Kraton Jogja (unsplash.com/@engineofyouth)
Ilustrasi Kraton Jogja (unsplash.com/@engineofyouth)

Dulkaidah atau yang juga diketahui dengan sebutan bulan apit atau bulan sela adalah urutan kesebelas dalam Kalender Jawa. Karena bulan ini berada di antara dua acara besar keraton yaitu Garebeg Syawal dan Garebeg Besar, maka saat Dulkaidah masyarakat tidak diperkenankan melaksanakan perayaan.

12. Besar

Hajad Dalem Garebeg Besar, Selasa (18/6/2024). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Hajad Dalem Garebeg Besar, Selasa (18/6/2024). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Besar merupakan bulan terakhir dalam Kalender Jawa atau bulan keduabelas. Bertepatan dengan Dzulhijah dalam Kalender Islam, nama Besar berkaitan dengan perayaan IdulAdha yang tak lain adalah hari besar Islam setelah IdulFitri. Memiliki umur 30 hari, di bulan ini akan digelar Garebeg Besar sebagai ungkapan rasa syukur dengan arak-arakan gunungan.

Itu dia urutan bulan menurut Kalender Jawa Pembuatan Kalender Jawa oleh Sultan Agung. Tujuannya tak lain agar hari besar Jawa, jatuh bersamaan dengan perayaan hari besar Islam karena sebelum adanya kalender tersebut masyarakat menggunakan Kalender Saka yang berasal dari India. Menarik kan?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us