potret tari srimpi klasik gaya jogja (kratonjogja.id)
Tari srimpi mempunyai beberapa macam yang disesuaikan dengan nama gendhing pengiringnya. Misalnya Srimpi Layu-layu yang diambil dari judul gendhing utama yang digunakan yaitu Gendhing Layu-Layu. Layu-layu berasal dari kata ‘lalayu’ merupakan bendera kecil yang disematkan pada senjata seperti ujung tombak dan panah sebagai gambaran kemenangan.
Ada juga tari Srimpi Pramugari yang diambil dari judul gendhing utama iringan tari tersebut. Makna pramugari tersebut tidak ada hubungannya dengan profesi pramugari saat ini, namun mengisahkan lelampahan salira dalem atau kisah pribadi Sri Sultan Hamengku Buwono I saat berperang dan terjadi sebelum Perjanjian Giyanti atau Paliyan Nagari.
Di masa Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1940-1988) terjadi penyederhanaan besar-besaran di berbagai lini di Keraton Jogja termasuk dalam seni pertunjukan. Beberapa tarian yang hanya diperuntukkan di acara penting, dapat disaksikan di pertunjukan terbuka.
Tarian ini dilakukan dengan gerakan yang halus, gemulai, tenang, dan anggun. Yang menggambarkan kesopanan, kehalusan budi, dan kelemahlembutan wanita Jawa.