Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tari Klana Alus Dasalengkara (Cangklek)/ (youtube.com/Zulletri St (Guru Tari))

Intinya sih...

  • Tari Klana Alus Dasalengkara adalah tarian klasik dari Jogja yang mengandung makna perasaan Raja yang kasmaran.
  • Tarian ini diadaptasi dari tokoh Prabu Dasalengkara dalam pertunjukan wayang wong dan sudah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda dari Jogja.
  • Tari klasik ini mengandung pesan moral tentang harta, kekuasaan, dan cinta, serta pentingnya mengelola diri dengan bijaksana.

Tari Klana Alus Dasalengkara adalah salah satu tarian klasik dari Jogja. Keindahan geraknya mengandung makna mengekspresikan perasaan Raja yang kasmaran. Sebagai bagian dari seni pertunjukan Jawa, tarian ini juga menyimpan cerita yang memberi pesan positif.

Tari klasik ini merupakan jenis tari tunggal putra yang diciptakan oleh KRT Condroradono. Secara khusus, tarian ini dipersembahkan untuk Sri Sultan Hamengku buwono IX. Ingin tahu lebih lanjut mengenai tarian ini? Yuk, simak.

1.Cerita di balik penciptaannya

ilustrasi pasangan (pexels.com/Sili Ontheway)

Tari Klana Alus Dasalengkara diadaptasi dari tokoh Prabu Dasalengkara dalam pertunjukan wayang wong dalam lakon Abimanyu Palakrama. Tariannya menggambarkan perasaan cinta seorang Raja kepada putri dari kerajaan Dwarawati yang bernama Dewi Siti Sendari.

Rasa cinta yang mendalam membuat raja merasakan kerinduan, penuh harapan untuk mendapat hati sang pujaannya. Perasaan ini menjadi bagian dari gerakan dalam tarian. Setiap gerakannya lembut (alus), berbeda dari penggambaran sosok Raja pada umumnya yang gagah berani berambisi.

2.Keanggunan dan keteguhan dalam gerakannya

Tari Klana Alus Dasalengkara (Cangklek)/ (youtube.com/Zulletri St (Guru Tari))

Sudarsono (1990) menyatakan gerakan ritmis dan indah dalam sebuah tarian merupakan ekspresi jiwa manusia. Hal ini tampak dalam tari Klana Alus Dasalengkara, setiap gerakannya mencerminkan perasaan jatuh cinta, lembut, penuh kasih sayang namun juga tetap teguh menjaga wibawa sebagai seorang Raja yang ksatria.

Perpaduan antara gerakan halus dan ekspresi mendalam seseorang yang sedang kasmaran. Ada momen di mana sang Raja perlu menunjukkan ketenangan dan kegagahannya, ada juga momen gelisah karena menahan rindu pada pujaan hatinya. Kombinasi ini menyentuh emosi penonton yang menyaksikannya.

Melalui tari klasik Jogja ini, kita jadi semakin mengetahui bahwa tarian gak sekadar gerakan indah, tapi juga mencerminkan makna-makna.

3.Sebagai warisan budaya yang memikat wisatawan

Tari Klana Alus (youtube.com/Herry Sugianto)

Tari Klana Alus Dasalengkara ini juga sebagai sarana hiburan wisatawan yang berkunjung ke Kraton Yogyakarta. Keanggunan dan makna dari tariannya jadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin mengenal kekayaan budaya Jawa, khususnya Jogja.

Perlu diketahui juga, melansir laman warta.jogjakota.go.id,  tari klasik ini sudah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda (WBTb) dari Jogja, maka hal tersebut semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu kesenian yang harus dijaga kelestariannya.

Penetapan ini juga sebagai bentuk apresiasi terhadap warisan budaya yang mampu lestari di tengah perkembangan zaman. Ini membuktikan bahwa seni tradisional masih menarik minat banyak orang, daya tariknya tak lekang oleh perubahan zaman.

4.Aspek yang bisa dipelajari

ilustrasi bergembira dalam proses mencari cinta (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tari klasik ini lebih dari pertunjukan yang indah, terdapat juga aspek-aspek pelajaran kehidupan. Memahami kisahnya, dalam tarian ini ada tiga hal yaitu harta, kekuasaan, dan perempuan. Ketiga aspek ini adalah bagian dari ambisi, maka ketika seseorang kurang bijaksana mengelola dirinya, bisa jadi sumber petaka di kemudian hari.

Pelajaran baiknya untuk kehidupan adalah jadilah pribadi matang yang mampu mengendalikan diri sendiri. Ketika jatuh cinta sewajarnya saja, apalagi memiliki kelebihan dari sisi materi, tetaplah rendah hati dan tulus menyayangi.

Pesan moralnya sungguh bermakna dan relevan untuk masa sekarang. Meski punya ambisi, raihlah dengan cara yang bijaksana dan syukuri prosesnya.

Dengan memahami dan ikut mengapresiasi tarian ini, itu juga bentuk tindakan menjaga warisan budaya yang sangat berharga. Sebagai generasi muda, apalagi yang sedang mengalami fase jatuh cinta, tetaplah mengelola rasa secara dewasa sehingga mampu berperilaku baik kepada diri sendiri dan sosok yang dicintai.

Editorial Team