Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Stasiun Palbapang tahun 1896 (Dok. KITLV)

Kereta api menjadi transportasi andalan pada zaman dulu di mana kendaraan bermotor masih jarang dimiliki. Bukan hanya sebagai kendaraan yang mengangkut manusia, tapi juga angkutan bagi hasil pertanian dan perkebunan.

Mengutip laman Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (BPCB DIY), jalur kereta pertama yang dibangun adalah Semarang–Kedungjati pada 1871, lalu jalur Batavia – Buitenzorg tahun 1873, dan jalur Surabaya–Batavia pada tahun 1878. Sementara jalur kereta api di Yogyakarta dibangun setelah banyaknya bermunculan pabrik gula di dalamnya sehingga membutuhkan angkutan yang bisa mendukung komoditas ekspor.

Termasuk rute kereta jalur selatan yang kini sudah tak aktif lagi, yakni Yogyakarta-Palbapang. Meski begitu, sejarah dari jalur kereta tersebut masih bisa dikulik bersama.

1. Pembangunan jalur kereta sebagai penunjang ekspor

Kereta api dekat pabrik gula di Bantul (Dok. KITLV)

Pembangunan jalur kereta api Yogyakarta-Palbapang tak lepas dari potensi tanah yang berada di kawasan Bantul. Potensi tanah di Bantul yang dekat pantai dengan tingkat produktifitas tinggi, cocok untuk ditanami padi dan tebu.

Menurut laman BPCB DIY, setidaknya ada empat pabrik gula yang berdiri di Kabupaten Bantul, tepatnya di Bantul, Gesikan, Pundong dan Gondang Lipuro. Karenanya banyak pengusaha swasta yang mengajukan konsesi pembangunan jalur trem berdasarkan GB No. 9 tahun 1893 untuk pengajuan konsesi selama 50 tahun.

Lantas dibangun jalur Jogja–Srandakan yang mulai beroperasi pada tahun 1895 dan jalur kedua Srandakan–Brosot pada 1915. Tak sampai di situ, dilanjutkan dengan pembangunan arah Sewugalur tahun 1916.

2. Ramai dengan kemunculan stasiun dan rumah dinas

Editorial Team

Tonton lebih seru di