Rancang Daging Analog dari Kacang Koro, Mahasiswa UGM Borong 4 Gelar

Sleman, IDN Times - Tim All Can Eat Meat dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil memborong 4 gelar di ajang 7th Southeast Asian Agricultural Engineering Student Chapter Annual Regional Convention (ARC) 2021 di Universiti Putra Malaysia yang diselenggarakan oleh Malaysian Society of Agricultutal Engineers pada tanggal 10 Agustus 2021.
Tim ini beranggotakan I Nyoman Anggie Pratistha (Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian 2019), I Putu Fadya Rachmawan (Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol 2019), dan Gusti Putu Surya Govinda Atmaja (Teknik Mesin 2019).
Mereka berhasil mendapatkan satu medali emas research output model video presentation competition kategori food engineering, 1 medali perunggu Poster Competition kategori green technology, 1 medali perunggu Best Paper kategori food engineering, dan 1 Most Favorite Poster kategori green technology.
Anggie Pratista menjelaskan, kompetisi yang diselenggarakan tahunan ini merupakan wadah bagi mahasiswa di negara-negara ASEAN khususnya bagi mahasiswa di bidang Teknik atau Teknologi Pertanian untuk berbagi hasil belajar di kelas untuk memecahkan masalah di bidang pertanian dan teknik pangan.
“Konvensi juga dapat menciptakan jaringan industri dan komunitas di tingkat internasional,” ungkapnya pada Kamis (19/8/2021).
1. Buat rancangan daging analog dari kacang koro

Anggie mengungkapkan, dalam kompetisi ini timnya mengikuti subtema Food Engineering dan merancang produk bernama 3D-Printed Meat Analogue with Broad Beans to Maintain ASEAN Food Security. Inovasi yang ditawarkan produk yakni merancang daging analog (daging buatan) yang berbahan dasar kacang koro pedang (Canavalia gladiata) yang dibuat menggunakan teknologi 3D-printing.
“Kami memilih kacang koro pedang sebagai bahan dasar produk dikarenakan kami ingin mempromosikan komoditas itu yang kaya akan kandungan protein sebagai alternatif konsumsi kacang soya dan konsumsi daging sapi,” katanya.
Untuk proses pembuatan produk dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu Pre-Printing Production, Printing Production, dan Post-Processing Production. Selain itu, metode printing menggunakan metode inkjetting yang mengubah adonan daging buatan menjadi ‘steak-like-model’ dengan cara forming oleh mesin 3D-Printing yang telah diprogram dengan Design CAD to G-Code Model Slicing Converter Methods. Lalu, produk ini dikemas oleh bahan edible film dari rumput laut dan biodegradable plastic yang ramah lingkungan.
“Kelebihannya produk ini dapat dikonsumsi oleh siapapun termasuk vegetarian,” paparnya.
2. Tim juga rancang konsep pengembangan teknologi traktor berbahan bakar hidrogen

Selain membuat daging analog dari bahan kacang koro pedang, tim juga berlaga dalam kompetisi poster competition. Kali ini Anggie bersama teman-temannya merancang sebuah konsep yang bernama HYDRA: Heavy-Duty Hydrogen Fuel Cell Tractors to Sustain Regenerative Agricultural. Inovasi ini adalah konsep pengembangan teknologi traktor berbahan bakar hidrogen untuk mendukung energi bersih dan terbarukan.
“Karena misi dari Regenerative Agricultural adalah membalikkan perubahan iklim dan mengurangi penggunaan karbon pada lingkungan pertanian,” katanya.
3. Inovasi diharapkan bisa segera direalisasikan

Menurut Anggie, keberhasilan tim UGM mendapat empat penghargaan sekaligus dalam kompetisi ini tidak lepas dari persiapan yang mereka lakukan selama 1 bulan dan dibimbing langsung oleh Dr.nat.tech Andriati Ningrum, dan Dr. Manikharda.
Dia pun berharap, produk yang dirancang oleh timnya bisa segera direalisasikan mengingat potensi pasar yang dimiliki cukup besar, dan impact produk yang cukup baik. Selain itu, produk ini merupakan salah satu jawaban atas tantangan permasalahan ketahanan pangan yang ada di regional ASEAN.
"Keunggulan produk pangan ini biaya produksi dinilai cukup rendah maka harga jual produk juga lebih rendah dibandingkan daging sapi sehingga dapat menyasar segmen kalangan ekonomi menengah ke bawah yang ingin menikmati daging buatan yang memiliki tekstur serupa dengan daging sapi," jelasnya.