Rumah warga Lereng Merapi yang ludes akibat Erupsi Gunung Merapi 2010. Dok: istimewa
Melansir situs resmi Kementerian ESDM, letusan besar Gunung Merapi tercatat pada tahun tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Pada tahun 2010, bukan hanya harta benda, ratusan penduduk yang berada di sekitar Gunung Merapi pun menjadi korban.
Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Merapi mulai aktif pada tahun 1006. Di mana pada letusan pertama tersebut menyebabkan seluruh pulau Jawa tertutup abu. Sementara, di tahun 1930, sebanyak 1.370 orang di 13 desa di sekitar Merapi jadi korban keganasan wedhus gembel.
Jika dirata-rata, Gunung Merapi ini memiliki siklus letusan terpendek yang terjadi setiap antara 2-5 tahun dan siklus menengah setiap 5-7 tahun. Untuk letusan terpanjang sendiri sempat terjadi selama lebih dari 30 tahun, yakni di masa awal keberadaannya sebagai gunung api. Memasuki abad ke-16, siklus terpanjang Merapi dicapai selama 71 tahun ketika jeda ketika meletus pada tahun 1587 dan meletus kembali di 1658.
Pada umumnya, setiap letusan Gunung Merapi selalu diawali dengan gejala yang jelas. Gejala tersebut pada umumnya peningkatan aktivitas Merapi berawal dari adanya gempa bumi vulkanik-dalam, lalu disusul dengan munculnya gempa vulkanik-dangkal sebagai realisasi migrasinya fluida ke arah permukaan.
Ketika kubah lava mulai terbentuk, gempa fase banyak mulai terjadi dan diikuti dengan semakin besarnya jumlah gempa guguran akibat meningkatnya guguran lava. Dalam kondisi demikian, tubuh Merapi mulai terdesak dan mengembang yang dimonitor dengan pengamatan deformasi.