Potret Prajurit Langenkusumo Keraton Jogja (instagram.com/kratonjogja)
Laman kratonjogja.id menjelaskan, Prajurit Langenkusumo terdiri dari prajurit perempuan yang berasal dari anak perempuan pejabat tinggi atau keluarga lapisan atas di pedesaan. Sementara, jurnal karya Yuliarni, Apriana, Heryati, Suwonti Atun Badriah (2020) berjudul 'Peranan Prajurit Perempuan (Korps Prajurit Estri) Terhadap Perkembangan Ekonomi dan Militer di Yogyakarta 1750-1810', menyebutkan adanya keterlibatan perempuan di Keraton Yogyakarta dipengaruhi oleh situasi politik yang ada di dalam keraton. Raden Mas Sundoro yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono II dikenal sebagai sosok keras untuk tidak bersedia bekerja sama dengan pihak asing, yaitu Belanda. Meningkatkan keamanan di keraton menjadi upaya sang Sultan untuk menentang keberadaan Belanda.
Prajurit perempuan dibentuk pada saat Sultan HB II masih menjadi putra mahkota. Awalnya, mereka bertugas sebagai prajurit pengawal putra mahkota, tapi saat Sultan Hamengkubuwana II naik takhta, maka prajurit perempuan tidak hanya menjadi pengawal putra mahkota, melainkan sebagai penjaga keamanan keraton dan keselamatan sultan dan keluarganya.
Hal ini dikarenakan ketidakpercayaan sultan terhadap laki-laki, menurutnya laki-laki mempunyai sifat yang cenderung memberontak. Berbeda dengan perempuan yang penurut. Seperti lelaki, prajurit estri dididik secara militer dan terlatih.