Menelusuri Tradisi Cembengan dalam Kehidupan Petani Tebu

Tradisi Cembengan jadi bagian ritual tahunan petani tebu di sekitar Pabrik Gula Madukismo, Bantul, yang biasanya dilaksanakan bulan April dengan hari pasaran Legi. Tradisi ini menjadi momen bermakna bagi petani hingga warga sekitar.
Sebuah tradisi selamatan, cembengan adalah ungkapan syukur atas panen tebu yang berlimpah, sekaligus doa bersama memohon kelancaran saat proses penggilingan. Artikel ini membahas tentang tradisi Cembengan mulai rangkaian acara sampai manfaat bagi warga sekitar hingga tradisi ini layak dilestarikan.
1.Sejarah tradisi Cembengan: Adopsi dari tradisi China
Tradisi Cembengan yang dikenal warga di sekitar Pabrik Gula Madukismo, dahulunya mengadopsi tradisi China yaitu Ching Bing. Melansir laman inibaru.id, Ching Bing adalah upacara ziarah makam leluhur yang dilakukan warga China sebelum memulai suatu kegiatan besar.
Ching artinya Cerah, dan Bing berarti terang. Maka, upacara ini bermakna memanjatkan doa agar cuaca saat hari pelaksanaan acara cerah, sehingga lancar dan membawa berkah.
Di Jawa, tradisi ini kerap dilakukan di bulan musim giling tebu oleh warga China. Banyak mandor tebu yang menyadari kesamaan waktu ini, sehingga mengadopsinya untuk budaya lokal yang kini disebut Cembengan.
2.Rangkaian kegiatan selama tradisi Cembengan di Pabrik Gula Madukismo
Puncak acara yaitu, kirab tebu manten dilaksanakan menggunakan kereta kuda hias. Ada simbol sepasang pengantin di atas kereta yang terbuat dari tebu yang telah didandani layaknya pengantin Jawa, dan dibawa dua petugas. Selama acara juga terdengar gendhing Jawa yang menambah nilai budaya.
Ada serangkaian kegiatan selama pelaksanaan tradisi cembengan. Kegiatan diawali dengan ancak-ancak, ziarah makam, kirab tebu manten, menyembelih kambing, doa bersama, hingga diselenggarakan pesta rakyat seperti pasar malam dan hiburan wayang kulit.
Agar lebih kenal tentang tradisi ini, rangkaian kegiatan cembengan menurut jurnal Tradisi Selamatan Cembengan dalam Mewujudkan Keteraturan Sosial, karya Trimerani, terdiri beberapa bagian:
- Tradisi ini diawali dengan menyebar ancak-ancak di area sekitar pabrik. Penyebarannya pada pasaran hari Legi.
- Selamatan dan pagelaran wayang kulit pada malam Jumat Kliwon yang berlokasi di Pantai Parangkusumo.
- Para petani tebu bersama pejabat dan karyawan pabrik gula berziarah ke makam leluhur dan Raja-Raja dari Keraton Jogja sebagai wujud penghormatan.
- Selanjutnya dilakukan penyembelihan kambing yang secara khusus untuk selamatan pabrik spiritus. Pada hari yang sama daging dimasak dan dinikmati bersama.
- Rangkaian kegiatan berikutnya yaitu mengadakan pasar malam selama satu hingga dua minggu. Selama acara pasar malam berlangsung juga diadakan selamatan di beberapa lokasi dalam pabrik dengan tujuan agar hasil giling tebu berlimpah sehingga mampu menaikkan kesejahteraan petani dan masyarakat.
- Tibalah di acara inti yaitu selamatan cembengan berupa kirab tebu manten. Hari pelaksanaannya berdasarkan pasaran Legi dan dilakukan sekitar 40 petani.
- Selanjutnya dilaksanakan pagelaran wayang kulit di lapangan Emplasemen pabrik gula Madukismo pada malam Jumat Kliwon.
- Untuk menutup keseluruhan acara termasuk kegiatan pasar malam, ada doa bersama memohon berkah dan hasil produksi melimpah.
3.Manfaat bagi warga sekitar
Ritual ungkapan syukur dan permohonan kelancaran tahap penggilingan tebu di pabrik gula ini, memberi manfaat bagi warga sekitar. Berikut beberapa dampak positif yang dirasakan warga setempat.
- Semakin memahami budaya lokal meningkatkan rasa percaya diri
Nuansa tradisional selama selamatan cembengan menjadi hal menarik bagi warga untuk terlibat. Berbagai ritual dan pertunjukkan kesenian menambah bangga terhadap budaya lokal, sehingga warga setempat memiliki semangat dan tambahan pengetahuan tentang warisan budaya ini.
- Peningakatnan perekonomian
Selama kegiatan pasar malam berlangsung, terlihat banyak pedagang menjajakan dagangannya, maka ini juga peluang dan menjadi jalan warga sekitar mendapatkan penghasilan tambahan.
- Hubungan antarwarga semakin erat dan akrab
Cembengan jadi momen tahunan yang berdampak positif terhadap relasi sosial warga sekitar. Meski tak semua terlibat dalam acara, warga menjadi antusias menyaksikan acaranya. Ini menjadi sarana bersosialisasi, berkumpul dalam suasana hangat yang menyenangkan.
- Menambah kebahagiaan karena dapat hiburan
Di tengah maraknya hiburan modern, tradisi cembengan tetap menarik perhatian warga. Pertunjukan wayang kulit bisa disaksikan siapa saja.
Tradisi lokal tak hanya tentang cerita masa lalu, ada nilai-nilai kearifan lokalnya yang masih sangat relevan untuk kehidupan sekarang dan masa depan. Yuk tetap menjaga kelestarian tradisi ini.