potret Malam Selikur di Kraton Jogja (kratonjogja.id)
Tradisi Malam Selikur di Keraton Jogja saat ini, diselenggarakan di Bangsal Sri Manganti yang awalnya hanya dilakukan dengan menunggu azan Maghrib berkumandang. Sejak tahun 2017, acara Malam Selikur kian bervariasi mulai dari qiratul Al-Quran, qiroah, tausiyah, zikir, istigfar, doa, dilanjutkan dengan buka puasa bersama.
Ritual lain yang diadakan Keraton Jogja dalam menyambut Lailatulkadar juga terjadi di pintu gerbang menuju Keraton Kilen, dua di Gedhong Sedahan, tiga belas di Gedhong Prabayeksa, satu di Bangsal Pengapit, dan empat di Bangsal Kencana. Abdi Dalem Keparak akan menyalakan lilin saat matahari mulai terbenam, termasuk sebatang lilin yang diletakkan di pintu gerbang menuju Keraton Kilen yang dilengkapi dengan cawan berisi bunga dan bokor berisi air.
Tradisi ini diyakini sudah ada sejak masa Wali Songo. Dipercaya saat malam Lailatulkadar tiba, pintu surga yang terbuka sehingga arwah para leluhur turun dan datang berkunjung.
Lilin menjadi simbol penerang bagi arwah yang pulang sekaligus 'padhang atine' atau hati yang terang. Sedangkan air bermakna 'ayem tentrem atine' atau hati yang tentram. Dan bunga memberi keharuman pada jalan yang dilewati.
Saat ini Malam Selikur tidak hanya dilakukan oleh keluarga Keraton Jogja saja, tapi juga masyarakat. Misalnya seperti masyarakat di Kalurahan Tepus, Gunungkidul, yang juga melaksanakannya dengan mengadakan doa dan makan bersama. Nah, kalau di lingkunganmu adakah tradisi untuk menyambut Malam Lailatulkadar?