ilustrasi memainkan game "Do and Don’t" (unsplash.com/Daria Nepriakhina)
Mengangkat tema sensitif seperti kekerasan seksual tentu tidak mudah. Namun, pendekatan berbasis game terbukti mampu menjembatani pesan serius secara ringan dan ramah anak.
Pengembangan aplikasi ini juga menghadapi tantangan teknis, mulai dari proses pemrograman hingga keterbatasan gawai di beberapa sekolah. Karena itu, uji coba kerap dilakukan secara berkelompok agar materi tetap tersampaikan meski perangkat terbatas. “Materi sensitif bisa diterima anak-anak dengan cara yang lebih ringan dan tidak menakutkan,” tambahnya.
Inovasi ini menjadi bukti bahwa pendidikan seksual usia dini tak harus menakutkan atau tabu. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan sesuai usia, anak-anak bisa belajar memahami tubuh mereka dan melindungi diri dari bahaya.
Suci dan timnya berharap, “Do and Don’t” bisa terus dikembangkan dan didukung lebih luas. Dukungan dari guru, orang tua, hingga pemerintah sangat dibutuhkan agar semakin banyak anak-anak di Indonesia yang terlindungi sejak dini.