Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mahasiswa UNY Bikin Game Edukasi Cegah Kekerasan Seksual untuk Anak

Uji coba "Do and Don’t". (uny.ac.id)
Intinya sih...
  • Edukasi seksual anak usia dini lewat game interaktif Do and Don’t, berisi materi visual dan kuis interaktif tentang bagian tubuh pribadi, kebersihan diri, serta cara menghadapi situasi yang tidak aman.
  • Tersedia modul cetak untuk guru dan siswa, telah diuji coba di beberapa sekolah dasar, aplikasi ini membantu anak-anak belajar sambil bermain dengan pendekatan yang menyenangkan.
  • Pendekatan berbasis game membantu pecahkan tantangan topik sensitif seperti kekerasan seksual, inovasi ini menjadi bukti bahwa pendidikan seksual usia dini tak harus menakutkan atau tabu.

Kekerasan seksual terhadap anak usia dini masih menjadi isu krusial di Indonesia. Minimnya pemahaman anak terhadap tubuh mereka sendiri membuat banyak dari mereka rentan menjadi korban tanpa tahu harus berbuat apa.

Berangkat dari keprihatinan ini, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menciptakan inovasi edukatif berupa game interaktif bertajuk Do and Don’t. Aplikasi ini dirancang untuk memperkenalkan pendidikan seksual yang aman dan menyenangkan kepada anak-anak sekolah dasar.

1. Edukasi seksual dikemas dalam bentuk game interaktif

ilustrasi siswa SD (pexels.com/Mulya Has)

Do and Don’t hadir sebagai media pembelajaran berbasis aplikasi dan website yang menyasar anak-anak usia sekolah dasar. Aplikasi ini berisi materi visual dan kuis interaktif tentang bagian tubuh pribadi, kebersihan diri, serta cara menghadapi situasi yang tidak aman.

Ketua tim pengembang, Suci Rohmawati, menjelaskan bahwa ide ini muncul dari pengamatannya saat mengikuti Program Kampus Mengajar. “Mereka belum tahu bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh disentuh, serta bagaimana merespons ketika mengalami kekerasan,” jelasnya dilansir laman resmi UNY.

2. Tak hanya aplikasi, juga tersedia modul cetak untuk guru dan siswa

Tim pengembang "Do and Don’t". (uny.ac.id)

Sebagai pelengkap, tim ini juga menyusun modul pembelajaran cetak dengan bahasa yang sederhana dan ilustrasi menarik. Modul ini dapat digunakan oleh guru sebagai panduan kelas, atau dibaca mandiri oleh siswa.

Meski belum tersedia di Playstore, aplikasi ini telah diuji coba di beberapa sekolah dasar, seperti SD Al-Azhar dan SD Bumijo. Penggunaan aplikasi juga diperluas oleh mahasiswa KKN dan PPL di berbagai wilayah, termasuk Gunungkidul. “Anak-anak merasa seperti bermain, padahal mereka sedang belajar hal penting tentang menjaga diri,” ujar Suci.

3. Pendekatan berbasis game bantu pecahkan tantangan topik sensitif

ilustrasi memainkan game "Do and Don’t" (unsplash.com/Daria Nepriakhina)

Mengangkat tema sensitif seperti kekerasan seksual tentu tidak mudah. Namun, pendekatan berbasis game terbukti mampu menjembatani pesan serius secara ringan dan ramah anak.

Pengembangan aplikasi ini juga menghadapi tantangan teknis, mulai dari proses pemrograman hingga keterbatasan gawai di beberapa sekolah. Karena itu, uji coba kerap dilakukan secara berkelompok agar materi tetap tersampaikan meski perangkat terbatas. “Materi sensitif bisa diterima anak-anak dengan cara yang lebih ringan dan tidak menakutkan,” tambahnya.

Inovasi ini menjadi bukti bahwa pendidikan seksual usia dini tak harus menakutkan atau tabu. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan sesuai usia, anak-anak bisa belajar memahami tubuh mereka dan melindungi diri dari bahaya.

Suci dan timnya berharap, “Do and Don’t” bisa terus dikembangkan dan didukung lebih luas. Dukungan dari guru, orang tua, hingga pemerintah sangat dibutuhkan agar semakin banyak anak-anak di Indonesia yang terlindungi sejak dini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us