Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi Kuil Artemis (awesomestories.com)

Kuil Artemis termasuk salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Memang, kuil ini tidak sepopuler Piramida Agung Giza ataupun Taman Babilonia.

Di masa lalu, sebelum Kuil Artemis (atau Artemisium) direduksi menjadi reruntuhan, itu adalah karya arsitektur Yunani yang sangat besar - lengkap dengan ukiran besar dan bahkan lebih besar dari Parthenon di Athena, dan bisa dibilang menjadi yang paling luar biasa dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno.

Lalu apa yang membuat Kuil Artemis runtuh? Yah, banyak hal bisa terjadi dalam dua setengah milenium. Inilah fakta tak terduga dari Kuil Artemis.

1. Kuil ini dipersembahkan untuk Artemis versi berbeda, bukan versi Yunani

Artemis dari Ephesus paruh kedua abad ke-2 M. Kepala, tangan, dan kaki dipugar dalam perunggu oleh Valadier (1762-1839); restorasi di pualam oleh Albacini (1734-1813). (dok. Naples, National Archaeological Museum/Ilya Shurygin)

Dewi Yunani Artemis adalah dewi perawan perburuan, hutan, binatang, dan sejenisnya. Biasanya itulah yang kebanyakan orang pikirkan ketika nama Artemis muncul, jadi masuk akal jika ini adalah kuil untuk dewi itu.

Anehnya, meskipun didirikan oleh orang Yunani, Efesus terletak di Asia Kecil, khususnya di tempat yang sekarang disebut Turki, seperti yang dijelaskan ThoughtCo. Efesus memiliki pengaruh dengan Yunani, dan menciptakan Kuil Artemis yang sangat berbeda.

Tidak seperti dalam mitologi Yunani klasik, orang Efesus percaya bahwa Artemis dan Apollo lahir di hutan yang disebut Ortygia. Mereka pun mengklaim bahwa itu adalah tempat kelahiran dua dewa.

Selain itu, orang Efesus sangat mengaitkan Artemis dengan kesuburan, menggambarkannya dalam patung dengan telur yang menutupi tubuh bagian atasnya, dan kakinya diikat erat oleh rok. Ada kemungkinan bahwa, di Efesus, Artemis digabungkan dengan dewi kesuburan lokal bernama Cybele, yang menjelaskan dari mana perbedaan ini berasal.

2. Kuil Artemis mungkin lebih tua daripada apa yang kita bayangkan

Editorial Team

Tonton lebih seru di