ilustrasi mengganti popok (pexels.com/William Fortunato)
Pengembangan hidrogel dari limbah pelepah pisang ini, menurut Thalitha diawali keprihatinan mereka terhadap limbah popok bayi yang jumlahnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Limbah popok bayi yang menumpuk sulit terurai sehingga mencemari lingkungan.
"Biasanya bayi memakai popok 3-4 buah per hari. Sementara tiap tahun di Indonesia ada 4,2 hingga 4,8 juta ibu hamil melahirkan bayi. Jadi bisa banyaknya dibayangkan limbah popok ini," tuturnya.
Padahal bahan penyerap atau Super Absorbent Polymer (SAP) yang terdapat dalam popok bayi yang berfungsi untuk menyerap dan menyimpan air mengandung natrium akrilat yang berasal dari minyak bumi. Kandungan tersebut sulit untuk terurai oleh lingkungan. Tidak hanya itu, air dan kotoran yang tersimpan dalam popok bisa membahayakan kesehatan tubuh.
"Pengembangan bahan penyerap berbasis selulosa ini diharapkan dapat menjadi inisiator dalam pengembangan popok bayi ramah lingkungan. Dengan begitu, dapat membantu mengurai persoalan limbah popok bayi serta menciptakan lingkungan yang bersih," paparnya.