Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi jembatan (pexels.com/Pixabay)

Intinya sih...

  • Selat Gibraltar memisahkan Eropa dan Afrika, dengan lebar 14 km dan kedalaman hingga 900 meter, membuat pembangunan jembatan sulit dan berisiko.
  • Perbedaan salinitas air di selat ini menciptakan aliran air kaya nutrisi yang menarik spesies paus langka dan lumba-lumba.
  • Lokasi strategis Selat Gibraltar menjadikannya jalur transportasi tersibuk di dunia, namun juga menimbulkan risiko kecelakaan dan pengaruh terhadap perdagangan.

Jika kamu melihat peta, di sebelah utara Afrika, negara Maroko memiliki jarak yang dekat dengan Gibraltar di benua Eropa yang satu wilayah dengan Spanyol, namun berada dalam  teritori Inggris. Kedua negara beda benua ini dipisahkan oleh Selat Gibraltar dengan jarak 14 kilometer. Dengan jarak ini, seharusnya sangat mungkin untuk dibuat jembatan yang menghubungan kedua benua.

Namun, faktanya tidak semudah itu, lho. Ada beberapa alasan yang mendasari kenapa tidak ada jembatan penyebrangan di Selat Gibraltar ini. Untuk mengetahui dengan lebih jelas, simak penjelasannya di bawah ini, yuk!

1. Mengenal Selat Gibraltar

Selat Gibraltar (commons.wikimedia.org/MODIS Land Rapid Response Team, NASA GSFC)

Selat Gibraltar adalah sebuah selat yang memisahkan benua Eropa dan Afrika. Ia berada di selatan Spanyol dan sebelah utara Maroko. Dilansir Britannica, Selat ini memiliki panjang 36 mil atau 58 kilometer, dengan lebar 8 mil atau 13 kilometer. Ujung barat selat ini memiliki lebar 27 mil atau 43 kilometer, sementara ujung timur selat memiliki lebar 14 mil atau 23 kilometer. Adapun kedalaman selat ini adalah berkisar antara 365 meter sampai 900 meter.

Selat Gibraltar juga menghubungkan Samudra Atlantik dan Laut Mediterania. Di selat inilah kedua arus dari dua lautan bertemu dengan salinitas yang berbeda. Ketika lapisan bagian atas air samudra Atlantik mengalir ke arah timur ke laut di atas lapisan bawah air Laut Mediterania yang lebih asin dan lebih berat yang mengalir ke arah barat ke laut, maka inilah yang kemudian membentuk aliran air Mediterania. Perbedaan salinitas antara Samudera Atlantik dan Laut Mediterania ini yang disebut sebagai haloklin, seperti dilansir Marine Insight.

Fenomena ini juga membuat Selat Gibraltar sebagai zona penampakan spesies paus langka selama periode tertentu dalam setahun. Selain itu, adanya pertemuan arus Samudera Pasifik dan Laut Mediterania dengan salinitas yang berbeda ini juga membuat aliran air di selat ini kaya akan nutrisi yang dibutuhkan hewan laut, seperti paus dan lumba-lumba. Oleh karena itu tidak mengherankan bila setiap tahunnya, Selat Gibraltar menjadi lokasi yang nyaman bagi spesies paus dan lumba-lumba untuk menampakkan dirinya. 

2. Selat tersibuk di dunia

ilustrasi perairan Giblartar (unsplash.com/Freja Saurbrey)

Letak geografisnya yang menghubungkan Samudera Atlantik dan laut Mediterania menjadikan Selat Gibraltar menjadi selat tersibuk di dunia. Tidak mengherankan sebab setiap harinya ratusan hingga ribuan kapal, baik kapal kecil, kapal besar, dan kapal pesiar berlalu lalang melintasi selat ini. Ini juga mendukung perekonomian di mana lalu lintas perdagangan ke negara-negara di sekitar menjadi lebih mudah.

Selat Gibraltar menjadi jalur aman dan mudah bagi kapal-kapal untuk berlayar ketimbang mengambil jalur lain dengan rute yang lebih panjang dan memakan waktu. Namun padatnya lalu lintas transportasi di selat ini membuat pengaturan pelayaran juga menjadi hal krusial. Sebab jika tidak akan sangat mungkin bagi kapal-kapal untuk saling bertabrakan mengingat ramainya selat ini setiap harinya.

3. Jadi, apakah memungkinkan bila dibangun jembatan melintasi selat ini?

ilustrasi jembatan (pexels.com/Pixabay)

Sebenarnya pembangunan jembatan bisa saja terjadi jika tidak mempertimbangkan aspek-aspek lainnya. Namun, jika demikian, maka ada risiko yang harus dirasakan. Sejauh ini, sejumlah pertimbangan penting membuat pembangunan jembatan yang menghubungan Eropa dan Afrika belum bisa dilakukan. 

Pertimbangan pertama adalah karena Selat Gibraltar memiliki kedalaman 900 meter dengan kondisi bawah laut terdiri dari batuan keras dengan arus yang kencang sehingga akan menghambat konstruksi. Oleh karena itu, jika sebuah jembatan dibangun akan berisiko mengalami kerusakan dan tidak bertahan lama. Dari segi ekonomi, hal ini akan membutuhkan biaya pembuatan dan pemeliharaan yang lebih besar, seperti dilansir Express.

Di sisi lain faktor cuaca juga menjadi bahan pertimbangan. Selat Giblartar seringkali diterpa angin kencang dan cuaca buruk. Ditambah, di selat ini aktivitas seismik terjadi secara aktif di mana terjadi pertemuan lempeng Afrika dan Eurasia sehingga memiliki risiko tinggi gempa bumi. Dengan demikian, pembangunan jembatan berskala besar harus dipikirkan secara matang.

Terakhir, Selat Gibraltar adalah jalur transportasi yang ramai dilalui kapal-kapal dari berbagai negara. Oleh sebab itu, pembangunan jembatan takutnya akan mempengaruhi lalu lintas transportasi. Tentu saja ini juga akan berdampak pada jalur perdagangan yang terjadi di selat ini.  

Jadi sudah jelas, ya, kalau pembangunan jembatan di Selat Gibraltar untuk menghubungkan Eropa dan Afrika tidak bisa dilakukan karena kedalamannya yang dalam sehingga membutuhkan biaya besar. Sebenarnya ada rencana juga untuk membangun terowongan dasar laut, namun sampai sekarang belum jelas perkembangannya. 

Editorial Team