Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Makam-makam Raja Imogiri (https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/)
Makam-makam Raja Imogiri (https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/)

Intinya sih...

  • Makam Raja-raja Imogiri adalah tempat bersemayamnya roh nenek moyang raja-raja Mataram

  • Sultan HB II adalah satu-satunya sultan yang naik takhta sampai sebanyak tiga kali

  • Sultan HB II tidak dimakamkan di Imogiri karena saat itu sedang berkecamuk Perang Jawa melawan Belanda

Makam Raja-raja Imogiri terletak kurang lebih 40 menit perjalanan dari Kota Jogja. Disebut juga dengan Pasarean Imogiri, Kompleks ini secara garis besar dibagi menjadi delapan kelompok atau yang disebut kedaton, dan berisi makam dari keturunan kerajaan Mataram.

Namun di antara banyaknya makam di dalamnya, adalah Sri Sultan Hamengku Buwono II yang tidak akan kamu temukan bersemayam di dalamnya. Kenapa ya, kira-kira?

1. Daftar Raja yang dimakamkan di Makam Raja-raja Imogiri

ilustrasi Makam Raja Imogiri (dok. BPCB DIY)

Makam Raja-raja Imogiri terletak di atas bukit. Hal ini erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat Jawa Hindu bahwa bukit atau tempat yang tinggi adalah tempat yang sakral dan menjadi tempat bersemayamnya roh nenek moyang. Dan mereka percaya bahwa semakin tinggi sebuah makam, maka semakin tinggi pula kemuliaannya.

Nah, Makam Raja-raja Imogiri memiliki luas mencapai 10 hektare yang di dalamnya terbagi atas delapan kedaton dengan raja-raja yang dimakamkan di sana, yaitu:

  • Kedaton Sultan Agungan tempat pemakaman Sultan Agung, Sunan Amangkurat II, Sunan Amangkurat III.

  • Kedaton Pakubuwanan tempat pemakamam Sunan Paku Buwana I, Sunan Amangkurat IV, Sunan Paku Buwana II.

  • Kedaton Bagusan/Kasuwargan tempat pemakaman Sunan Paku Buwana III, Sunan Paku Buwana IV, Sunan Paku Buwana V

  • Kedaton Astana Luhur tempat pemakaman Sunan Paku Buwana VI, Sunan Paku Buwana VII, Sunan Paku Buwana VIII, Sunan Paku Buwana IX

  • Kedaton Girimulyo tempat pemakaman Sunan Paku Buwana X, Sunan Paku Buwana XI

  • Kedaton Kasuwargan Yogyakarta tempat pemakaman Sultan Hamengku Buwana I dan III

  • Kedaton Besiyaran tempat pemakaman Sultan Hamengku Buwana IV, Sultan Hamengku Buwana V, Sultan Hamengku Buwana VI

  • Dan Kedaton Saptarengga tempat pemakaman Sultan Hamengku Buwana VII, Sultan Hamengku Buwana VIII, Sultan Hamengku Buwana IX

2. Sultan HB II yang naik tahta tiga kali

Profil Sri Sultan Hamengku Buwono II (kratonjogja.id)

Sri Sultan Hamengku Buwono II adalah satu-satunya sultan yang naik takhta sampai sebanyak tiga kali, yaitu pada 1792-1810, 1811-1812, dan 1826-1828. Meski begitu, ia juga dikenal sebagai Sultan Sepuh karena masa pemerintahannya justru yang paling singkat di periode kedua. Menariknya, beliau juga raja yang merasakan pergantian pemerintahan selama empat kali yaitu VOC, Republik Bataaf dan Prancis, Inggris, dan Belanda.

Meski begitu, ia adalah raja yang antipati kepada penjajah. Bahkan, sikapnya cukup keras hingga berulang kali diasingkan oleh penjajah dan dianggap sebagai ancaman besar. Puncaknya adalah pada 10 Januari 1817 di mana Sri Sultan Hamengku Buwono II dibuang ke Ambon oleh Belanda.

Dilansir laman Kraton Jogja, selama waktu pembuangan beliau tersebut, keraton dilanda kondisi tidak menentu. Dimulai dengan Sri Sultan Hamengku Buwono III yang meninggal, lalu digantikan oleh putranya sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono IV yang juga bertahta tak cukup lama.

Selepas Sri Sultan Hamengku Buwono IV meninggal, digantikan oleh putranya yang masih belia dan bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono V. Juga di era itulah kemudian terjadi perlawanan terbesar sepanjang sejarah pemerintahan Kolonial Belanda, yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.

Genting, Belanda memutuskan untuk memulangkan Sri Sultan Hamengku Buwono II. Mereka menyadari meski sosoknya adalah ancaman, tapi juga bisa menjadi penengah karena suaranya didengar oleh kalangan istana.

3. Sultan HB II dimakamkan di Makam Raja-raja Kotagede

Para Abdi Ndalem dan Masyarakat dengan khusyuk melantunkan tahlil dan doa di depan Kompleks Makam Raja Mataram Kotagede (budaya.jogjaprov.go.id)

Dipulangkan kembali ke Yogyakarta beserta pengangkatan kembali Sri Sultan Hamengku Buwono II sebagai sultan untuk yang ketiga kalinya dilaksanakan pada 20 September 1826. Ketika itu, beliau sudah memasuki usia senja hingga kesehatannya yang menurun.

Dan pada 3 Januari 1828 atau 15 Jumadilakir 1755, Sri Sultan Hamengku Buwono II dinyatakan meninggal dunia karena sakit. Beliau tidak dimakamkan di Makam Raja-raja Imogiri seperti pendahulunya, melainkan di Makam Raja-raja Kotagede.

Alasannya karena saat itu sedang berkecamuk Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro melawan Belanda, sehingga tidak memungkinkan untuk diadakan prosesi hingga Makam Raja-Raja di Imogiri yang memang memakan waktu panjang.

Editorial Team