Profil Sri Sultan Hamengku Buwono II (kratonjogja.id)
Sri Sultan Hamengku Buwono II adalah satu-satunya sultan yang naik takhta sampai sebanyak tiga kali, yaitu pada 1792-1810, 1811-1812, dan 1826-1828. Meski begitu, ia juga dikenal sebagai Sultan Sepuh karena masa pemerintahannya justru yang paling singkat di periode kedua. Menariknya, beliau juga raja yang merasakan pergantian pemerintahan selama empat kali yaitu VOC, Republik Bataaf dan Prancis, Inggris, dan Belanda.
Meski begitu, ia adalah raja yang antipati kepada penjajah. Bahkan, sikapnya cukup keras hingga berulang kali diasingkan oleh penjajah dan dianggap sebagai ancaman besar. Puncaknya adalah pada 10 Januari 1817 di mana Sri Sultan Hamengku Buwono II dibuang ke Ambon oleh Belanda.
Dilansir laman Kraton Jogja, selama waktu pembuangan beliau tersebut, keraton dilanda kondisi tidak menentu. Dimulai dengan Sri Sultan Hamengku Buwono III yang meninggal, lalu digantikan oleh putranya sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono IV yang juga bertahta tak cukup lama.
Selepas Sri Sultan Hamengku Buwono IV meninggal, digantikan oleh putranya yang masih belia dan bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono V. Juga di era itulah kemudian terjadi perlawanan terbesar sepanjang sejarah pemerintahan Kolonial Belanda, yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.
Genting, Belanda memutuskan untuk memulangkan Sri Sultan Hamengku Buwono II. Mereka menyadari meski sosoknya adalah ancaman, tapi juga bisa menjadi penengah karena suaranya didengar oleh kalangan istana.