Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kenapa Otak Lebih Aktif Saat Nongkrong di Kafe? Ini 4 Alasannya

ilustrasi wanita saat work from cafe (pexels.com/Nugroho Wahyu)
Intinya sih...
  • Suasana kafe dengan ambient noise bisa meningkatkan fokus dan kreativitas otak, berbeda dengan suasana rumah yang terlalu bising atau terlalu sepi.
  • Di kafe, gangguan pribadi lebih sedikit, memungkinkan tubuh dan pikiran lebih serius dan terarah dalam bekerja.
  • Adanya efek psikologis social facilitation membuat seseorang merasa termotivasi untuk bekerja lebih baik saat melihat orang lain juga produktif di kafe.

Kadang heran sendiri, kenapa kerja di rumah rasanya berat banget, tapi begitu pindah ke kafe, semua terasa lebih ringan. Konsentrasi lebih mudah, ide-ide bermunculan, bahkan tugas yang ditunda-tunda bisa langsung selesai. Padahal cuma pindah tempat duduk dan mendengar suara mesin kopi, tapi dampaknya besar ke produktivitas.

Fenomena ini bukan cuma halusinasi atau perasaan semata. Ada banyak penelitian yang menunjukkan kalau suasana kafe bisa bantu meningkatkan fokus dan kreativitas. Berikut ini empat alasan kenapa kerja di kafe justru lebih produktif daripada di rumah.

1. Suasana tidak terlalu sepi

ilustrasi wanita sedang berdialog (pexels.com/Christina Morillo)

Kafe punya suara latar atau ambient noise yang khas dari obrolan orang, bunyi mesin kopi, sampai musik lembut di background. Kombinasi suara ini ternyata bisa bantu otak fokus, karena gak terlalu bising tapi juga gak terlalu sepi. Kondisi ini bikin otak jadi lebih waspada dan tetap aktif.

Berbeda dengan rumah yang terlalu tenang atau justru terlalu banyak gangguan dari luar. Di kafe, suasananya lebih seimbang buat berpikir jernih. Otak bisa masuk ke mode kerja tanpa tekanan, cukup karena merasa "hidup" oleh keramaian ringan di sekitar.

2. Tidak banyak gangguan personal

ilustrasi wanita dan leptop (pexels.com/Marek Levak)

Kerja di rumah sering terganggu oleh hal-hal kecil: notifikasi TV, ajakan ngobrol, atau tugas rumah yang belum selesai. Semua itu bisa mencuri fokus tanpa disadari. Akhirnya, waktu banyak terbuang hanya untuk mengatur ulang mood kerja.

Di kafe, gangguan personal seperti itu jauh lebih sedikit. Fokus cuma ke layar laptop dan secangkir kopi. Lingkungan yang berbeda dari rumah bikin tubuh dan pikiran ikut menyesuaikan lebih serius, lebih terarah.

3. Efek psikologis

ilustrasi sekelompok remaja sedang berdiskusi (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Saat di kafe, sering kali terlihat orang-orang juga sibuk dengan laptop atau buku. Suasana ini bisa memicu efek psikologis yang disebut social facilitation kecenderungan seseorang bekerja lebih baik saat melihat orang lain juga produktif. Tanpa sadar, muncul dorongan buat ikut fokus dan menyelesaikan tugas.

Situasi ini jarang didapat saat kerja sendiri di rumah. Di kafe, rasa “terawasi” secara sosial walau gak ada yang benar-benar memperhatikan, cukup untuk memicu semangat kerja. Lingkungan yang suportif secara visual ini bikin semangat lebih tahan lama.

4. Ada batas waktu yang tersirat

ilustrasi seorang pria sedang memainkan seni kopi (pexels.com/Chevanon Photography)

Berada di kafe secara gak langsung menciptakan batas waktu kerja. Misalnya, hanya memesan satu minuman dan merasa harus selesai sebelum terlalu lama duduk di sana. Hal ini membuat waktu kerja jadi lebih terstruktur dan efektif.

Beda dengan di rumah yang terasa longgar dan tanpa batas. Tanpa tekanan waktu, mudah sekali untuk menunda-nunda atau malah keasyikan istirahat. Kafe memberi semacam tekanan ringan yang justru memicu kecepatan dan efisiensi.

Kalau sedang stuck atau susah fokus, mungkin sudah waktunya keluar sebentar dan cari suasana baru. Kafe bisa jadi tempat “pelarian” paling efektif untuk mengembalikan semangat kerja. Bukan cuma soal kopi, tapi atmosfernya memang cocok buat produktivitas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us