Pengasuh Ponpes Ora Aji, KH Miftah Maulana Habiburrahman. (IDN Times/Tunggul Damarjati)
Nama Pondok Pesantren Ora Aji memang unik, yakni menggunakan bahasa Jawa yang artinya 'tidak berharga'. Hal ini dapat dimaknai sebagai tidak ada hal apapun di dunia yang berharga kecuali ketakwaan seorang umat.
Berbekal uang Rp20 juta, Miftah mendirikan sebuah rumah dan masjid yang diberi nama Masjid Al-Mbejaji. Kian berkembang, dibangunlah asrama dan pendapa sebagai fasilitas tambahan. Para santri bisa belajar, makan, dan mengaji secara gratis. Siswa yang datang pun masih berasal dari sekitar pondokan saja.
Nama Miftah yang semakin dikenal sebagai pendakwah, Pondok Pesantren Ora Aji juga kian dikenal bahkan hingga luar DIY.
Sudah ada ratusan santri putri dan lelaki yang tinggal di Ponpes Ora Aji, yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia dengan latar belakang beragam. Mulai mahasiswa yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, sampai mereka yang baru masuk Islam, dan yang pernah mengalami masalah sosial, seperti mantan narapidana, preman, dan lain-lain.