Kapan Hari Jamu Nasional? Ini Sejarah dan Tujuan Penetapannya

- Jamu merupakan minuman herbal yang berasal dari rempah-rempah untuk menjaga kesehatan tubuh dan menghilangkan penyakit, sudah ada sejak jaman kerajaan Hindu-Buddha.
- Jamu telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada 6 Desember 2023 karena mencerminkan sarana ekspresi budaya dan membangun koneksi antara manusia dengan alam.
- Hari Jamu Nasional ditetapkan sejak tahun 2008 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, membuat jamu sebagai produk keunggulan Indonesia, serta telah diresmikan pasal baru dalam UU Nomor 36 Tahun 2009.
Yogyakarta, IDN Times - Masih belum banyak yang tahu kalau setiap 27 Mei diperingati sebagai Hari Jamu Nasional. Peringatan ini bukan hal baru, karena sudah ditetapkan sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan bahkan telah mendapat pengakuan dari UNESCO.
Meski bukan hari libur nasional, mengetahui sejarah di balik Hari Jamu Nasional tetap menarik untuk disimak. Yuk, cari tahu informasi lengkapnya berikut ini!
1. Apa itu jamu?

Dilansir laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM), jamu merupakan sebuah minuman herbal yang dibuat dari berbagai rempah-rempah yang berguna untuk menjaga kesehatan tubuh dan menghilangkan penyakit. Kegiatan meramu jamu sendiri sudah ditemukan sejak jaman kejayaan kerajaan Hindu-Buddha.
Menurut laman Google Arts & Culture, data artefaktual pada relief Karmawibhangga yang berara di Candi Borobudur abad VIII (pada panel 19), terpahat gambar seorang laki-laki sakit yang memperoleh pijatan di bagian kepala, serta digosok bagian perut sampai dada. Di sisi lain, ada yang membawa mangkuk berisi ramuan yang dipercaya berupa racikan jamu untuk diminum.
Bahkan pada beberapa relief turut memperlihatkan aneka jenis tanaman seperti nagasari, pinang, jamblang, pandan, kecubung yang keberadaannya kerap digunakan sebagai bahan untuk meracik jamu. Relief dengan gambaran serupa pun dapat ditemukan di candi Prambanan, Penataran, Sukuh dan Tegawangi (Karsiati, 2017).
Sebelum dikenal dengan nama jamu, racikan herbal ini lebih dulu dikenal dengan sebutan oesada atau jampi yang kedua kata tersebut, ada dalam naskah Gatotkaca Sraya yang ditulis oleh Mpu Panuluh di era Raja Jayabaya dari Kerajaan Kediri (Sukini, 2018). Namun jampi berubah menjadi jamu kala minuman tersebut dibawa keluar keraton dan menyesuaikan strata sosial.
2. Jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda

Dilansir laman indonesia.go.id, jamu telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh UNESCO pada 6 Desember 2023 silam. Menurut UNESCO, nilai budaya jamu mencerminkan sarana ekspresi budaya dan membangun koneksi antara manusia dengan alam.
Selain itu, UNESCO turut mengakui bahwa budaya sehat jamu sejalan dengan tujuan sustainable development goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan. Di antaranya yakni tujuan nomor tiga yaitu kesehatan dan kesejahteraan, nomor lima yaitu kesetaraan gender, nomor 12 yakni produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab, dan nomor 16 adalah kehidupan di darat.
3. Kilas balik Hari Jamu Nasional

Hari Jamu Nasional yang jatuh pada 27 Mei ditetapkan sejak tahun 2008 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tak hanya sekadar menjadikan hari peringatan, tapi juga membuat jamu sebagai produk keunggulan Indonesia. Tak sampai di sana, juga telah diresmikan sebuah pasal baru (pasal 48 ayat 1) dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 mengenai pengobatan dan perawatan herbal sebagai salah satu upaya pemerintah untuk melestarikan jamu.
Variasi jamu yang ada saat ini cukup beragam. Di antaranya:
- Jamu kunyit asem yang terbuat dari kunyit dan buah asam. Kegunaannya untuk sistem imun, detoks tubuh, meredakan nyeri haid hingga melancarkan haid.
- Galian singset digunakan untuk memperawat kecantikan alami, yang terbuat dari jahe, kunyit, dan herbal lainnya.
- Paitan yaitu jamu dengan rasa pahit yang pekat karena terbuat campuran brotowali dan sambiroto, untuk meningkatkan fungsi hati serta membersihkan darah secara alami.
Itulah sejarah dan cerita di balik Hari Jamu setiap tanggap 27 Mei yang perlu kamu ketahui. Jangan anggap remeh warisan leluhur satu ini karena manfaatnya pun tak main-main. Yuk, mulai minum jamu lagi!