Gethok Tular, Bentuk Kearifan Lokal di Kehidupan Sosial

Dalam kesehariannya manusia selalu terhubung antara satu dengan lainnya melalui berbagai bentuk komunikasi. Hal ini untuk membagikan informasi, hingga memberikan arahan.
Di budaya Jawa ada istilah gethok tular untuk informasi sebagai salah satu alat komunikasi. Ini merupakan jenis penyampaian informasi secara langsung dari mulut ke mulut atau juga disebut pesan berantai. Nah, seperti apa gethok tular bekerja dalam masyarakat? Apa saja kelebihan dan tantangan untuk menerapkan komunikasi jenis ini? Mari telusuri pembahasannya berikut ini.
1.Makna gethok tular
Istilah ini berasal dari bahasa Jawa yang terdiri dari dua kata yaitu gethok dan tular. Gethok artinya menyentuh orang lain menggunakan tangan, sedangkan tular berarti menularkan atau menyampaikan sesuatu ke orang lain. Jika digabungkan maka gethok tular bermakna menyebarkan informasi yang diterima dari satu orang ke lainnya secara berantai. Ini dilakukan secara langsung dari mulut ke mulut.
Gethok tular menjadi salah satu strategi komunikasi tradisional yang digunakan untuk menyampaikan berita, ilmu pengetauan, nasihat, dan ajaran. Jenis komunikasi ini mencerminkan budaya masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Sistem komunikasi tergolong cepat menyebar, apalagi di lingkungan kerabat karena tak perlu ada perantara untuk menyampaikan sebuah maksud.
2. Falfasah Jawa dalam gethok tular
“Sakdawa-dawane lurung isih dawa gurung” artinya sejauh-sejauhnya lorong, masih lebih jauh tenggorokan. Omongan mudah tersebar, maka ini mengingkatkan setiap orang untuk tidak sembarangan dalam berbicara.
Falsafah ini menunjukkan betapa kuatnya peran komunikasi langsung dari satu ke lainnya. Informasi akan terus berkembang dan menyebar luas tergantung dari sumbernya.
3.Sebagai strategi komunikasi gerakan sosial
Dalam jurnal Gethok Tular, Pola Komunikasi Gerakan Sosial Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Samin di Sukolilo, karya Darmastuti, dkk, gethok tular merupakan strategi komunikasi yang berkembang berdasarkan kearifan lokal dan mempunyai peran dalam gerakan sosial.
Pola komunikasi cukup efektif menyebarkan informasi dengan cepat dalam komunitas, dan pesannya juga lebih cepat dipahami karena ada pertemuan langsung dalam penyampaiannya. Fokusnya adalah interaksi langsung tatap muka, dan pendekatan personal, serta hubungan akrab, maka informasi lebih mudah diterima karena disampaikan oleh orang yang dikenal dan dipercaya.
4.Kelemahan dan keunggulannya
Seperti bentuk komunikasi lainnya, gethok tular juga ada tantangannya. Salah satu risikonya adalah penyimpangan isi pesan dari aslinya. Ini bisa karena ingatan seseorang yang terbatas, dan tingkat kemampuannya menceritakan kembali sebuah informasi.
Jika penyampaiannya baik, tentu salah pemahamannya bisa diminimalkan. Namun, ketika ingatan berkurang, gaya berkomunikasinya kurang baik, atau punya niatan lain, maka isi pesan asli bisa bergeser sehingga yang ditangkap oleh pendengar bisa berbeda maksud.
Namun, terlepas dari kelemahannya, gethok tular tetap berperan penting di kehidupan sosial, terutama pedesaan. Ketika seseorang akan mengadakan acara di rumahnya, atau sedang mengalami duka, maka pola komunikasi ini mampu menyebarkan informasinya dengan cepat, sekaligus mempererat hubungan sosial di masyarakat.
5.Relevansinya di masa kini
Meski perkembangan teknologi sudah merambah ke kehidupan sosial hingga memengaruhi cara berkomunikasi masyarakat, gethok tular tetap dijalankan. Hal ini sesuai dengan tipe masyarakat yang senang berkumpul, menjalin relasi akrab dengan pertemuan langsung di suatu tempat.
Kondisi ini seperti prinsip hidup orang Jawa yaitu selaras, rukun, dan saling menghargai. Endraswara dalam bukunya Etika Hidup Orang Jawa, menjelaskan bahwa melalui kerukunan dan sikap hormat dalam berkomunikasi, dapat membuat masyarakat semakin bijak, ini membantu menjaga kestabilan diri dan orang lain.
Magnis Suseno dalam buku Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, juga menjelaskan bahwa rukun artinya berada dalam kondisi selaras dengan lainnya, tercipta rasa damai dan punya dorongan untuk saling membantu.
Gethok tular adalah salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Jawa dalam hal berkomunikasi sehari-hari. Menggunakan pendekatan personal, informal, dan saling percaya. Tak hanya sebagai media penyampaian pesan, ini sekaligus memperkuat hubungan baik antara satu orang dengan lainnya. Masyarakatnya semakin kompak dan saling hormat, serta berpuaya menjaga lisannya saat berbicara.