Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Teritip daun (commons.wikimedia.org/Björn S...)

Intinya sih...

  • Teritip daun merupakan spesies krustasea unik yang hidup menempel di bebatuan pinggir pantai tanpa capit atau kaki
  • Teritip dikategorikan ke dalam subkelas Cirripedia yang beradaptasi untuk hidup menetap di satu tempat, memiliki sekitar 1000 spesies di dunia
  • Teritip daun merupakan filter feeder yang makan dengan cara menyaring makanan di sekitarnya, seperti plankton dan larva hewan lain

Jika membahas krustasea, mungkin kepiting, udang, dan lobster jadi beberapa spesies yang terkenal. Tapi jangan salah, ternyata ada satu spesies krutasea lain yang tak kalah unik, yaitu teritip. Nah, salah satu teritip yang cukup terkenal adalah Pollicipes polymerus atau teritip daun. Ia merupakan hewan bertubuh keras, hidup menempel di bebatuan, dan sering ditemukan di daerah pinggir pantai.

Teritip daun sangat berbeda dari krustasea lain karena tidak memiliki capit atau kaki. Sebaliknya, ia lebih mirip dengan kerang dengan cangkang keras. Teritip daun juga hanya berdiam di satu tempat dan ia akan melakukan semua hal di situ, mulai dari buang air sampai makan. Lebih lanjut, kita akan membahas semua fakta tersebut di artikel ini supaya pengetahuanmu bertambah.

1. Teritip daun berkerabat dengan kepiting dan udang

Teritip daun (commons.wikimedia.org/USFWS - Pacific Region)

Jika melihat taksonominya, teritip merupakan hewan yang berasal dari subfilum Crustasea. Spesifiknya, teritip dikategorikan ke dalam subkelas Cirripedia yang secara khusus beradaptasi untuk hidup menempel dan menetap di satu tempat, jelas Britannica. Saat ini, terdapat sekitar 1.000 spesies teritip yang hidup dunia. Mereka bisa ditemukan di berbagai tempat, mulai dari bebatuan, pinggir laut, sampai di tubuh hewan lain.

Nah, karena berasal dari subfilum Crustacea, maka semua spesies teritip berkerabat dengan kepiting, udang, dan lobster. Sekilas, teritip daun dan teritip lain memang sangat berbeda dengan kerabat-kerabatnya. Namun, jika diulik mereka punya beberapa persamaan. Pertama, semua krustasea hidup di wilayah perairan. Krustasea juga punya tubuh yang keras. Terakhir, semua krustasea merupakan invertebrata atau hewan tanpa tulang belakang.

2. Memiliki bentuk tubuh yang aneh

Teritip daun (commons.wikimedia.org/Minette Layne)

Sekilas, teritip daun memang terlihat sangat aneh, bahkan beberapa orang tak tahu kalau ia merupakan hewan. Malah, tak sedikit orang yang mengiranya sebagai tumbuhan yang menempel pada bebatuan. Pertama, bagian luar tubuhnya diselimuti oleh kulit yang keras. Nah, kulit tersebut merupakan cangkang yang melindungi hewan ini dari predator, gesekan, tusuk, benturan, atau arus air.

Tak cuma keras, di beberapa bagian tubuh hewan ini juga terdapat duri-duri. Lebih lanjut, tubuhnya memanjang dan punya beberapa perpaduan warna, seperti cokelat, putih, dan merah. Di sisi lain, bagian dalam tubuhnya berdaging, lunak, dan berotot, mirip seperti keong. Terakhir, saat tubuhnya tidak tertutupi air hewan ini akan secara penuh ditutupi cangkang. Sebaliknya, saat di dalam air bagian luar teritip daun akan sedikit terbuka dan bagian dalam tubuhnya akan keluar dari bukaan atau sela-sela yang ada.

3. Mampu menempel dengan sangat kuat di bebatuan

Teritip daun (commons.wikimedia.org/NPS)

Seperti teritip lain, teritip daun hidup dengan menempel di bebatuan, jelas iNaturalist. Saat menempel di bebatuan, ia mengandalkan bagian tubuh bernama peduncle. Peduncle sendiri merupakan organ tubuh yang agak lunak, bertekstur seperti karet, punya panjang maksimal 10 centimeter, dan berbentuk layaknya batang pohon.

Peduncle ini sangat kuat dan saat sudah menempel hampir tidak bisa dicabut dengan tangan kosong. Jika berbicara penyebaran, teritip daun sangat mudah ditemukan Samudra Pasifik, khususnya di wilayah Alaska, Kanada, sampai Amerika Serikat.

4. Mampu makan menggunakan kaki-kakinya

Teritip daun (commons.wikimedia.org/Steven Pavlov)

Laman Animal Diversity Web menjelaskan kalau tritip daun merupakan filter feeder yang makan dengan cara menyaring makanan yang lewat di sekitar. Untuk makan, hewan ini menggunakan kaki-kaki kecilnya yang bernama cirri. Spesifiknya, saat tubuh teritip daun secara penuh tergenang di air, cirri yang ia miliki akan menjuntai keluar dari bukaan atau sela-sela di cangkangnya yang keras. Nah, cirri tersebut akan menangkap partikel-partikel makanan yang ada di air, seperti plankton, larva hewan lain, kerang super kecil, hydroid, dan amphipod.

5. Bersaing dengan organisme lain untuk bisa hidup di bebatuan

Teritip daun (commons.wikimedia.org/Steven Pavlov)

Artikel di jurnal Ecological Monographs menjelaskan kalau kehidupan teritip daun terbilang sulit. Sebagai hewan yang hidup di bebatuan pinggir laut, ia harus bersaing dengan organisme lain. Dalam hal ini, beberapa saingan utamanya adalah alga, kerang laut, rumput laut, dan spesies teritip lain. Tiap organisme laut juga memberikan tantangan yang berbeda terhadap hewan ini.

Biasanya, alga mampu tumbuh dengan cepat di bebatuan sehingga teritip daun kehilangan tempat untuk hidup. Tak cuma itu, kerang laut juga bisa bergerak lebih cepat dari teritip daun sehingga ia sering mengambil bebatuan yang seharusnya jadi tempat tinggal teritip daun. Kemudian, ada juga rumput laut yang sering menghalangi kegiatan makan teritip ini. Tak cuma itu, manusia dan hewan predator juga cukup mengancam teritip daun.

Sebagai spesies teritip, teritip daun bisa dibilang cukup unik dan menarik. Sebagai contoh, ia merupakan kerabat kepiting walau bentuk tubuh mereka sangat berbeda. Dibalik tubuhnya yang keras, teritip daun juga punya tubuh bagian dalam yang lunak. Kemudian, ia sangat mudah ditemukan di bebatuan di pinggir laut. Terakhir, teritip daun merupakan filter feeder yang bisa memakan berbagai hewan kecil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team