5 Fakta Erupsi Merapi 2010, Renggut Nyawa Sang Juru Kunci

Pada tahun 2010 gunung berapi paling aktif di Jawa, Gunung Merapi, mengalami erupsi dahsyat. Aktivitas seismik yang telah dimulai setidaknya pada akhir September 2010 ini lantas meletus pada Selasa, 26 Oktober 2010. Dampak dari bencana alam tersebut tak hanya dirasakan oleh warga Yogyakarta, tapi juga daerah lain yang letaknya terbilang jauh dari Gunung Merapi.
Kini, sudah 12 tahun erupsi Gunung Merapi mengubah kehidupan banyak orang, terutama korban dan keluarga yang merasakan dampak langsungnya. Meskipun telah pulih, rasa pilu akan kehilangan harta benda dan orang tersayang pastinya masih terasa hingga saat ini. Berikut ini 5 fakta erupsi Gunung Merapi 2010 yang menelan ratusan korban jiwa, termasuk sang juru kunci, Mbah Maridjan.
1. Menjadi erupsi Merapi yang terburuk dalam 100 tahun terakhir
Gunung Merapi memiliki berbagai tipe erupsi. Namun, menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), erupsi yang terjadi pada 2010 lalu adalah yang terbesar bahkan dalam 100 tahun terakhir. Jika erupsi pada abad 20-21 memiliki ciri munculnya kubah lava pada area puncak, erupsi Merapi 2010 ditandai dengan volume material erupsi yang terjadi secara eksplosif dan mencapai lebih dari 120 juta meter kubik.
Selain itu, erupsi Gunung Merapi 2010 juga disertai dengan suara gemuruh yang terdengar sampai ke kota Jogja yang jaraknya kurang lebih 30 km jika dari puncak Merapi. Dikutip IDN Times pada 26 Oktober 2020 silam, Andiani dari PVMBG mengatakan awan panas tersebut telah terjadi sejak 26 Oktober 2010- 2 November 2010, yang lalu diikuti awan panas letusan secara menerus pada tanggal 3-4 November 2010.
Ketinggian awan panas letusan bahkan mencapai 17 km dengan iringan awan panas guguran yang sampai pemukiman hingga jarak 15 km dari puncak Merapi.