Sejarah Tari Angguk Kulon Progo, Terinspirasi Serdadu Belanda

Kostumnya unik dengan gerakan rancak, seru buat disaksikan!

Siapa nih yang sudah pernah mampir ke Kulon Progo? Berjuluk The Jewel of Java, kabupaten paling barat Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut terkenal dengan wisata alamnya yang lengkap, karena mulai dari pegunungan sampai pantai pun ada. 

Tak sampai di situ, keseniannya tak kalah indah buat disaksikan. Salah satunya adalah tari angguk yang kostum penarinya terinspirasi dari seragam serdadu Belanda. Menarik 'kan? Yuk, simak ulasan lain soal tarian asal Kulon Progo tersebut di bawah ini!

1. Berasal dari kabupaten Purworejo yang kemudian masuk ke Kulon Progo

Sejarah Tari Angguk Kulon Progo, Terinspirasi Serdadu BelandaIlustrasi Tari Angguk (warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Mengutip laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo, tari angguk diprediksi sudah muncul di kisaran tahun 1900. Idenya berasal dari pesta yang dihadiri para tentara dan opsir Belanda di mana mereka bernyanyi dan berdansa ketika menduduki wilayah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. 

Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan Purworejo, masyarakat di kapanewon Kokap pun banyak yang menyukai tarian tersebut dan diperkirakan masuk ke Kulon Progo pada tahun 1950-an. 

Namun menurut laman pasca.isi.ac.id, ada yang mengatakan bahwa tari angguk diciptakan sebagai rasa syukur kepada Tuhan setelah panen padi. Saat itu para remajanya menari sambil mengangguk-anggukkan kepala hingga menjadi inspirasi dari tari angguk. 

2. Awalnya ditampilkan oleh laki-laki

Sejarah Tari Angguk Kulon Progo, Terinspirasi Serdadu BelandaIlustrasi Tari Angguk (disbud.kulonprogokab.go.id)

Tari angguk di Kulon Progo awalnya muncul di bagian barat dan utara seperti kawasan Kokap, Temon, dan Girimulyo. Awalnya juga dimainkan hanya oleh penari laki-laki dan berkembang dari desa ke desa hingga tahun 1990-an. 

Barulah di tahun 1991, tepatnya di dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap, muncul penari angguk putri yang pertama kalinya dimainkan pada 17 Agustus 1991. Sejak itulah hiburan angguk putri kian digemari dan populer dibanding penari laki-laki.

Sementara itu, jumlah penari angguk dalam sekali pentas tak menentu. Namun rata-rata personilnya berjumlah 15 orang plus satu sesepuh yang bertugas sebagai pengadaan ritual selama pentas dan bertugas nyuwuk penari. 

Baca Juga: Sejarah 7 Kampung di Kalurahan Ngampilan Jogja, Ada Kampung Algojo

3. Busana yang meriah terinspirasi dari seragam serdadu Belanda

Sejarah Tari Angguk Kulon Progo, Terinspirasi Serdadu BelandaIlustrasi Tari Angguk (disbud.kulonprogokab.go.id)

Busana yang digunakan oleh pengiring dan penari angguk berbeda. Menurut laman Pascasarjana ISI Yogyakarta, pengiring musik memakai pakaian biasa, berupa jas, sarung, dan kopiah. Mereka memainkan beberapa jenis alat musik seperti bedug, kendang, tambur, kencreng, rebana, jedor dan terbang besar. 

Sementara untuk kostum penarinya disebut terinspirasi dari seragam yang dipakai oleh serdadu Belanda yakni berupa baju hitam berkerah sanggai dan lengan panjang. Terdapat hiasan di dari bagian kerah, ujung lengan dada, pundak, sampai. Gambar coraknya beragam, ada yang menggunakan benang sulam atau mote bermotif burung, pohon dan lain-lain.

Untuk bawahannya, penari menggunakan celana hitam pendek warna senada, yang juga dihiasi oleh palet dengan motif vertikal warna-warni. Untuk hiasannya, mereka memakai topi hitam berhias kain merah, putih, dan kuning dengan jambul bulu-bulu. Tak lupa, selendang yang diikatkan pada pinggang serta kacamata hitam bikin penari angguk terlihat makin keren. 

4. Filosofi tari angguk

Sejarah Tari Angguk Kulon Progo, Terinspirasi Serdadu BelandaIlustrasi Tari Angguk (kemdikbud.go.id)

Tari angguk yang berawal dari tarian dengan gerakan dan busana sederhana yang dilakukan para pemuda sehabis panen, nyatanya tidak hanya sebagai hiburan semata. Melainkan sebagai cara bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan YME atas hasil panen yang melimpah. 

Dalam laman Disbud Kulon Progo juga disebutkan bahwa tari angguk juga menjadi bagian dari  dakwah. Syair dan tembang-tembang yang mengiringi Tari Angguk pun mengajak kepada kebajikan menjauhi perilaku menyimpang.

Baca Juga: FKY 2023 Hadir di Alun-alun Wates, Ini Tips Mengunjunginya

Dyar Ayu Photo Community Writer Dyar Ayu

Jalan-jalan mencari penyu Alabiyu~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya