Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengenal Status, Fungsi, dan Nama Keris Milik Keraton Jogja

ilustrasi keris Keraton Jogja (kratonjogja.id)

kKeris adalah salah satu pusaka yang ada di Keraton Jogja. Bukan sekadar benda, keris diberi nama dan dimandikan oleh abdi dalem sebagai orang kepercayaan keraton.

Laman Kundha Kabudayaan DIY menyebutkan, benda-benda pusaka, termasuk keris biasanya dibersihkan secara rutin yakn sekali dalam setahun pada bulan Sura dalam kalender Jawa. Ada juga pusaka yang hanya bisa dibersihkan oleh Sultan sendiri dengan mengambil tempat di keraton bagian dalam.

Fungsinya tak hanya sebagai alat untuk mempertahankan diri, atau di zaman dulu digunakan sebagai salah satu senjata perang, keris juga sebagai perlengkapan busana. Nah berikut adalah ulasan tentang kedudukan keris di Keraton Jogja yang menarik untuk diketahui.  

1. Wajib dimiliki lelaki Mataram

ilustrasi Keris Kyai Slamet (vredeburg.id)

Keris atau yang juga disebut dengan curiga, adalah salah satu dari lima kelengkapan yang wajib dimiliki lelaki Mataram atau Jawa. Lima hal itu mencakup keris, wisma yang berarti  rumah, turangga yang artinya kuda, wanita yang bermaknanya istri, dan kukila yakni burung. 

Menurut laman Kundha Kabudayaan Daerag Istimewa Yogyakarta, keris yang berstatus Kagungan Dalem unumnya memiliki nama dan mempunyai gelar, misalnya Kangjeng Kyai atau Kangjeng Nyai. Untuk sebutan Kangjeng Kyai Ageng, yaitu pusaka yang dipercaya mempunyai kekuatan magis paling besar. 

Meski Nusantara tak dianugerahi bijih besi yang melimpah, tapi kekaguman pada keris sudah mengakar sejak dahulu. Bahkan, sebagian pusaka keraton adalah warisan turun temurun, termasuk ada yang berasal dari Keraton Demak. 

2. Dibuat oleh pande besi yang menjaga emosi

ilustrasi prajurit kraton jogja (kratonjogja.id)

Mereka yang menghasilkan keris tak bisa sembarangan. Hanya seorang pande besi yang bisa membuatnya karena dianggap memiliki pengetahuan dan keahlian menempa besi. Menariknya, pande besi atau empu dari Jawa dinilai lebih kuat karena memiliki kekuatan gaib sebagai ritual dalam pengolahannya. 

Dikutip laman Keraton Jogja, pande besi turut meniupkan doa-doa baik sebelum, saat, dan setelah proses pembuatan kerisnya. Empu akan memulai dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan puasa dan menyiapkan keperluan pembuatan keris, hingga puasa di hari-hari tertentu. Semua ini untuk menyiapkan batin dan menjaga emosi untuk menghindari kegagalan pada hasilnya. 

 

3. Keris punya nama yang menandakan status pemakainya

potret Keraton Jogja (unsplash.com/@agto)

Mungkin, terdapat ratusan keris yang dimiliki Keraton Jogja, dan diberi nama sesuai kesaktiannya. Salah satunya adalah Kangjeng Kyai Ageng Plered, pusaka yang dibersihkan oleh Sri Sultan sendiri. 

Sedangkan untuk keris Keraton Jogja yang menduduki tempat terpenting diberi nama Kangjeng Kyai Ageng Kopek. Dari laman Kundha Kabudayaa, keris ini hanya boleh dikenakan oleh Sri Sultan menjadi lambang peran dirinya sebagai pemimpin rohani dan duniawi. Konon, keris ini dibuat pada masa Kerajaan Demak dan pernah dimiliki oleh Sunan Kalijaga. 

Ada juga Keris Kangjeng Kyai Joko Piturun yang hanya boleh dikenakan oleh putra mahkota. Selanjutnya adalah Kangjeng Kyai Toyatinaban yang merupakan keris khusus untuk dikenakan Gusti Pangeran Harya Hangabehi sebagai putra lelaki tertua Sultan, dan masih banyak lainnya. 

4. Fungsi keris yang beragam dalam Keraton Jogja

ilustrasi pakaian pernikahan adat Jawa (pexels.com/id-id/@widyadityahidayat)

Fungsi keris bagi Keraton Jogja kian berkembang. Sri Sultan mempercayakan keris miliknya kepada wakil-wakilnya sebagai bukti kewibawaan yang diwakilkan pada sang utusan. Keris juga dianggap sebagai perwakilan dari kehadiran pemiliknya termasuk dalam upacara pernikahan.

Keris turut digunakan sebagai pusaka keluarga, simbol status, atau simbol yang diturunkan dari ayah ke anak sebagai perwujudan keberadaan suatu garis keturunan. Misalnya di lingkungan Keraton Jogja, ada keris Kangjeng Kiai Ageng Kopek yang hanya boleh dikenakan oleh Sultan, juga keris Kangjeng Kiai Joko Piturun yang diberikan Sultan hanya kepada seseorang yang beliau tunjuk sebagai pewaris tahta.

Keris bukan sembarang barang atau pusaka, selain tajam, juga memiliki nilai estetika dan status terutama di Keraton Jogja. Bagaimana menurut kamu, tertarik memiliki keris?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us