6 Motif Batik Dilarang Dipakai Masuk Keraton Jogja, Kamu Wajib Tahu!

Ada aturan cara berpakaian dan motif bagi wisatawan dan tamu Keraton

Masuk ke Keraton Jogja, ada beberapa aturan yang wajib ditaati oleh tamu dan pengunjung. Mulai dari batasan tempat yang bisa dijamah wisatawan himgga larangan pemakaian motif kain. 

Selain wajib berpakaian sopan, terdapat motif batik yang dilarang dipakai masuk Keraton Jogja, atau disebut awisan dalem. Motif tertentu ini dilarang dipakai masuk keraton karena memiliki arti tertentu. 

Setiap Sri Sultan memiliki pandangan tertentu terhadap motif batik, seperti Sri Sultan Hamengku Buwono I yang mencanangkan motif parang rusak pada tahun 1785. Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang pada masa pemerintahannya menambahkan motif huk dan kawung dalam batik larangan. 

1. Batik Motif Kawung

6 Motif Batik Dilarang Dipakai Masuk Keraton Jogja, Kamu Wajib Tahu!Batik Motif Kawung (budaya.jogjaprov.go.id)

Mengutip jurnal dari Indreswari, Anna Galuh. 2014, dengan judul 'Batik Larangan Di Keraton Yogyakarta Pada Masa Pemerintahan Sri Sultan HB VII', kawung adalah ragam hias tertua yang dikenakan kalangan terbatas. Motif kawung berbentuk bulatan berjumlah empat bentuk yang mengelilingi pusat. Dalam budaya Jawa dikenal dengan istilah keblat papat lima pancer.

Timur arah matahari berarti simbol sumber energi, selatan arat terik matahari merupakan simbol puncak atau zenith, barat yang merupakan arah matahari terbenam adalah simbol ketenangan dan kematangan. Arah utara adalah arah kematian, di mana manusia kembali pada Tuhan. 

2. Batik Motif Semen

6 Motif Batik Dilarang Dipakai Masuk Keraton Jogja, Kamu Wajib Tahu!Batik Motif Semen (kikomunal-indonesia.dgip.go.id)

Menurut jurnal yang sama, motif batik semen mengutamakan bentuk tumbuhan dengan akar dan sulurnya. Kata semen berasal dari kata semi atau tumbuh sebagai lambang kesuburan, kemakmuran, dan alam semesta. Lukisan tanaman pada batik semen diibaratkan pohon kehidupan atau diartikan sebagai pohon hayat, yang bisa berarti benih-benih kehidupan.

Di motif semen, juga terdapat gambar lain seperti candi, garuda, gunung, naga, dan sayap. Menurut laman kratonjogja.id, mereka yang memakai motif semen diharapkan bisa menjadi pemimpin yang dapat melindungi bawahannya.

Menurut Pranatan Dalem disebutkan bahwa ada aturan memakai motif semen, yakni: 

  • Kampuh motif Semen Gedhe Sawat Gurdha hanya dipakai oleh cucu sultan, istri para pangeran, penghulu, Wedana Ageng Prajurit, Bupati Nayaka Lebet, Bupati Nayaka Njawi, Bupati Patih Kadipaten, Bupati Polisi, Pengulu Landraad, Wedana Keparak Para Gusti (Nyai Riya), Bupati Anom, serta Riya Bupati Anom.
  • Kampuh Semen Gedhe Sawat Lar dipakai untuk buyut dan canggah sultan.
  • Sementara motif semen tanpa gambar garuda atau sawat, lukisan meru, dan sayap atau lar, bisa dipakai siapa pun tanpa harus memperhitungkan garis keturunannya.

Baca Juga: 10 Nama Kampung di Kota Yogyakarta Sesuai Tugas Abdi Dalem Keraton

3. Batik Motif Parang

6 Motif Batik Dilarang Dipakai Masuk Keraton Jogja, Kamu Wajib Tahu!Batik Motif Parang (museumnusantara.com)

Batik motif parang telah menjadi batik yang dilarang masuk Keraton Jogja sejak Sri Sultan Hamengku Buwono VIII bertahta (1921-1939). Hal ini pun telah tertuang dalam “Rijksblad van Djokjakarta” tahun 1927, mengenai Pranatan Dalem Bab Jenenge Panganggo Keprabon Ing Keraton Nagari Yogyakarta.

Dikutip laman kratonjogja.id, ada dua versi dalam pemaknaan motif parang ini. Rouffaer dan Joynboll mengatakan motif ini berasal dari pola bentuk pedang yang biasa dikenakan para ksatria dan penguasa untuk berperang. Ksatria yang mengenakan batik motif parang  dipercaya bisa berlipat kekuatannya

Versi lainnya adalah motif parang dipercaya diciptakan oleh Panembahan Senapati saat mengamati gerak ombak di Laut Selatan yang menerpa karang di tepi pantai dengan pola garis lengkungnya diartikan sebagai ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam. Dalam hal ini dapat diartikan sebagai kedudukan raja.

Komposisi miring pada motif parang ini juga menjadi lambang kekuasaan, kebesaran, kewibawaan, dan kecepatan gerak.

4. Batik Motif Huk

6 Motif Batik Dilarang Dipakai Masuk Keraton Jogja, Kamu Wajib Tahu!Batik Motif Huk (kratonjogja.id)

Dalam Jurnal Indreswari, Anna Galuh. 2014. 'Batik Larangan Di Keraton Yogyakarta Pada Masa Pemerintahan Sri Sultan HB VII', batik motif huk terdiri dari motif kerang, binatang, tumbuhan, cakra, burung, sawat dan garuda. 

Masing-masing gambar memiliki makna, misalnya kerang sebagai perlambang dunia air yang berarti bermakna lapang hati, cakra sebagai senjata Dewa Wisnu  dan simbol pemelihara dunia, gambar binatang menggambarkan watak sentosa, tumbuhan bermakna lambang kemakmuran, dan motif sawat yakni ungkapan ketabahan hati. 

Dalam Agama Islam, burung huk adalah umpama dari burung peksi atau garuda, kendaraan Nabi Muhammad yang dapat terbang secepat kilat. Maknanya sendiri adalah simbol budi luhur dan kepemimpinan yang berpikir cepat dan jernih. Motif huk hanya boleh dikenakan oleh raja dan putra mahkota.

5. Batik Motif Udan Liris

6 Motif Batik Dilarang Dipakai Masuk Keraton Jogja, Kamu Wajib Tahu!Batik Motif Udan Liris (adhiantirina.com)

Batik motif udan liris diartikan sebagai hujan gerimis atau hujan rintik-rintik yang membawa kesuburan bagi tanaman dan ternak. Motif ini adalah gabungan dari beberapa motif yakni mlinjon, ada-ada, lidah api, banji sawut, setengah kawung, dan untu walang yang ditata secara diagonal dan memanjang. 

Motif ini hanya boleh dikenakan oleh anak lelaki dari garwa ampeyan, wayah, buyut, canggah, Pangeran Sentana dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom. Makna dari motif tersebut adalah agar pemakainya tabah, selamat dan sejahtera, serta berprakarsa dalam menunaikan kewajiban demi negara.

6. Batik Motif Cemukiran

6 Motif Batik Dilarang Dipakai Masuk Keraton Jogja, Kamu Wajib Tahu!Batik Motif Cemukiran (alunalun.info)

Batik motif cemukiran adalah batik dengan gambar lidah api yang bersinar. Seperti yang diketahui, api adalah unsur kehidupan sekaligus perlambang ambisi, kesaktian, dan keberanian.

Dikatakan dalam Jurnal Indreswari, motif cemukiran diibaratkan sebagai Syiwa yang menjelma dalam diri raja, sehingga motif ini hanya boleh digunakan oleh raja dan putra mahkota. Sehingga raja yang memakai motif cemukiran diharapkan memiliki ambisi untuk menyejahterakan rakyat serta bersifat berwibawa dan berani. Selaiknya motif huk, batik motif cemukiran juga hanya boleh digunakan oleh raja dan putra mahkota.

Segala yang ada dalam kebudayaan Jawa memang memiliki makna, termasuk motif batik yang dilarang dipakai masuk Keraton Jogja hingga pemakaiannya gak boleh sembarangan. 

Baca Juga: Yuk, Jalan-jalan di Kampung Wisata di Kawasan Keraton Yogyakarta   

Dyar Ayu Photo Community Writer Dyar Ayu

Jalan-jalan mencari penyu Alabiyu~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya