Sejarah Gedung DPRD DIY, Dulu Disebut Loji Setan

Apa benar karena mistis?

Intinya Sih...

  • Gedung DPRD DIY adalah cagar budaya yang sudah ada sejak zaman kolonial.
  • Bangunan ini memiliki sejarah mistis karena dikaitkan dengan gerakan Freemasonry dan julukan Loji Setan.
  • Gedung DPRD DIY akan direlokasi untuk pembangunan Jogja Planning Gallery.

Siapa bilang kalau di sepanjang Jalan Malioboro, cuma ada surga belanja? Di kawasan wisata terpopuler di Jogja ini juga terdapat Gedung DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Gak banyak yang tahu bahwa bangunan tersebut telah masuk sebagai cagar budaya.

Usut punya usut, gedung DPRD DIY yang rencananya akan direlokasi untuk pembangunan Jogja Planning Gallery (JPG) tersebut sudah ada sejak zaman kolonial. Bahkan, dulunya punya sebutan khusus yakni Loji Setan! Apakah ada kisah seram di dalamnya?

1. Dibangun sejak tahun 1878 oleh perkumpulan orang Belanda

Sejarah Gedung DPRD DIY, Dulu Disebut Loji SetanIlustrasi Gedung DPRD Jogja (google.com/maps/Hon BookStore)

Dikutip dari laman Kemdikbud, gedung DPRD DIY dibangun pada tahun 1878 oleh Frejmatsalary atau Vrijmetselarij yang artinya adalah perkumpulan orang Belanda yang menetap di Yogyakarta. Pada saat itu, bangunan ini diberi nama Loge Matram atau dengan nama Belanda Loge Mataram te Djokjakarta, Nederlands Oost-Indi.

Loge sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu Lodge yang bermakna rumah atau gedung besar. Sedangkan Mataram digunakan sebagai penunjuk lokasi loji yang berada di Mataram.

Secara bentuk, gedung yang beralamat di Jalan Malioboro Nomor 54, Kalurahan Suryatmajan, Kemantren Danurejan tersebut bergaya indish. Sesuai dengan ciri yang disampaikan dalam laman Jogja Cagar bahwa bentuk kolom, pintu, dan jendela yang relatif tinggi dengan model kupu tarung ganda.

2. Dipercaya menjadi tempat berkumpulnya orang-orang aliran Freemason

Sejarah Gedung DPRD DIY, Dulu Disebut Loji Setanilustrasi Gedung DPRD Jogja (dprd-diy.go.id)

Dipercaya, orang-orang Belanda tersebut berada dalam aliran Freemason atau Freemasonry. Menurut laman Kundha Kabudayan DIY, gerakan Mason pertama kali masuk ke Hindia Belanda tahun 1760 dan kian masif.

Freemasonry adalah organisasi misterius dan menyimpan banyak rahasia, para anggotanya juga bergerak secara eksklusif sehingga menimbulkan banyak pertanyaan masyarakat. Menurut laman Jogja Cagar, hal inilah yang membuat gedung DPRD DIY dijuluki Loji Setan. Bahkan, tak sedikit masyarakat yang takut berada di sekitar gedung ini karena timbulnya indikasi adanya praktik ritual tertentu.

Ada alasan lain mengapa julukan Loji Setan disandang oleh bangunan ini. Kemungkinan akibat dari salah pelafalan karena nama lain Gedung Loji adalah Huis van Overdenking atau Omah Pewangsitan yang mana masyarakat melafalkannya secara keliru 'Pewangsitan’ menjadi 'setan'.

Baca Juga: Fakta Benteng Keraton Jogja, Awalnya Dibangun dari Gelondong Kayu

3. Sempat digunakan Jepang hingga jadi saksi bisu pencetusan politik luar negeri

Sejarah Gedung DPRD DIY, Dulu Disebut Loji SetanIlustrasi Gedung DPRD Jogja (jogjacagar.jogjaprov.go.id)

Setelah Jepang datang, gedung tersebut lantas beralih fungsi sebagai kantor agraria. Sedangkan saat Indonesia merdeka, tepatnya tahun 1948-1950, digunakan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP).

Tak sampai di situ, pada 2 September 1948 gedung DPRD Jogja ini juga pernah dimanfaatkan sebagai lokasi dicetuskannya politik luar negeri Republik Indonesia bebas aktif oleh Kabinet atau Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta di depan sidang BPKNIP. Hingga akhirnya pihak Kasultanan Yogyakarta memberikan hak pakai gedung kepada Pemda sebagai DPRD DIY.

Dan dalam waktu dekat, Pemda DIY akan segera membangun gedung baru untuk DPRD DIY yang wacananya akan bertempat di Jalan Kenari, Kota Yogyakarta. Sedangkan gedung ini nantinya akan menjadi galeri yang memajang produk-produk hasil UMKM lokal, khususnya dari Yogyakarta.

Bagaimana nih menurut kamu? Benar mistis atau karena salah ucap saja? Namun yang pasti, gedung DPRD DIY ini adalah saksi perjuangan Indonesia melawan penjajah, gelarnya sebagai cagar budaya harus didukung dengan turut memiliki rasa tanggung jawab menjaganya. Setuju?

Baca Juga: Jejak Sejarah Keraton Kerto di Bantul Musnah Akibat Kebakaran

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya