Catur Gatra Tunggal, 4 Elemen Tata Kota Keraton Yogyakarta

Konsep tata kota sejak zaman kerajaan Islam di Jawa

Intinya Sih...

  • Konsep tata kota catur gatra tunggal digunakan oleh kerajaan Islam di Jawa, termasuk Keraton Yogyakarta.
  • Catur gatra tunggal terdiri atas keraton, masjid, alun-alun, dan pasar, yang menjadi satu kesatuan ruang bersama antara sultan dengan rakyat.
  • Penerapan konsep catur gatra tunggal terlihat di Keraton Yogyakarta, Alun-alun Lor dan Kidul, Masjid Gedhe Kauman, serta Pasar Beringharjo.

Meski teknologi belum secanggih sekarang, orang-orang yang hidup di zaman kerajaan tampaknya sudah memahami tata ruang kota. Hal ini dapat dilihat dari konsep catur gatra tunggal yang digunakan oleh kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, termasuk Keraton Yogyakarta.

Lalu, sejatinya apa itu catur gatra tunggal? Dan bagaimana penerapannya dalam Keraton Yogyakarta? Menarik buat dikulik, yuk, simak ulasan singkatnya berikut ini!

1. Pengertian catur gatra tunggal

Catur Gatra Tunggal, 4 Elemen Tata Kota Keraton YogyakartaKeraton Yogyakarta menggelar Garebeg Syawal memperingati Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah pada Kamis (11/4/2024). Ada sebanyak enam gunungan yang dikeluarkan (Instagram/kratonjogja)

Diketahui dari jurnal karya Farichatul Ulya, Redesain Pasar Sentul Berbasis Morfologi Elemen Catur Gatra Tunggal di Kawasan Pakualaman Yogyakarta (2018), catur gatra tunggal adalah filosofi dan konsep pembentukan Inti Kota. Catur Gatra Tunggal memiliki arti kesatuan empat susunan yang terdiri atas keraton, masjid, alun-alun, dan pasar.

Sedangkan jika dirunut dari masing-masing arti kata, catur artinya empat, gatra yakni baris, dan tunggal adalah satu. Dilansir laman Kemendikbud, catur gatra tunggal adalah empat elemen yang menjadi satu kesatuan ruang bersama antara sultan dengan rakyat.

2. Penerapan catur gatra tunggal di Keraton Yogyakarta

Catur Gatra Tunggal, 4 Elemen Tata Kota Keraton YogyakartaPasar Beringharjo. (IDN Times/Holy Kartika)

Penerapan konsep catur gatra tunggal ini bisa kamu lihat dari Keraton Yogyakarta yang meliputi:

  • Keraton sebagai pusat pemerintahan dan simbol kekuasaan Kasultanan Yogyakarta. Tak sampai di situ, Keraton Yogyakarta merupakan tempat kediaman sultan dan keluarga, lengkap sebagai pusat mengelola administrasi kerajaan.
  • Alun-alun sebagai tempat masyarakat melakukan kegiatan sosial dan ruang interaksi bersama raja. Di Yogyakarta sendiri terdapat dua alun-alun yaitu Alun-alun Lor yang terletak di depan Keraton Yogyakarta dan Alun-alun Kidul yang berlokasi di belakang Keraton Yogyakarta.
  • Selanjutnya adalah Masjid Gedhe Kauman yang melambangkan aspek religius dan masjid ini adalah tempat ibadah di Keraton Yogyakarta. Dan secara simbolis, keberadaan Masjid Gedhe menunjukkan bahwa Sultan tidak hanya sebagai penguasa pemerintahan atau senapati ing ngalaga, tapi juga berperan sebagai sayidin panatagama khalifatullah atau wakil Allah di dunia.
  • Dan terakhir, Pasar Beringharjo yang menjadi pusat perekonomian masyarakat. Pasar sebagai salah satu komponen utama di dalam tata kota lama dan menjadi pusat perekonomian di lingkungan keraton. Gak banyak yang tahu bahwa dulunya Pasar Beringharjo disebut Pasar Gedhe dan dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I.

Baca Juga: Sejarah Gedung DPRD DIY, Dulu Disebut Loji Setan

3. Catur gatra tunggal di Pakualaman dan Kotagede

Catur Gatra Tunggal, 4 Elemen Tata Kota Keraton YogyakartaIlustrasi Alun-Alun Sewandanan Pakualaman. (Dok. Istimewa)

Apabila kamu perhatikan, penerapan tata letak kota dengan konsep catur gatra tunggal atau yang juga disebut sugatra tidak hanya ada di Keraton Yogyakarta, lho. Salah satunya adalah di Pakualaman yang terdiri dari:

  • Pura Pakualaman sebagai pusat pemerintahan
  • Alun-alun Sewadanan untuk pusat kegiatan sosialisasi
  • Masjid Pakualaman sebagai tempat beribadah
  • Dan, Pasar Sentul sebagai simbol pergerakan perekonomian rakyat

Kotagede yang dulunya adalah ibukota Kerajaan Mataram Islam juga dapat kamu lihat sisa-sisa tata letak dalam konsep catur gatra tunggal. Di antaranya adalah Masjdi Gedhe Kotagede dan Pasar Legi atau Pasar Gedhe Kotagede yang letaknya saling berdekatan. Sedangkan untuk alun-alun sendiri saat ini sudah menjadi perkampungan atau yang kini dikenal sebagai Between Two Gates.

Baca Juga: Fakta Benteng Keraton Jogja, Awalnya Dibangun dari Gelondong Kayu

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya