Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cover Baru Tetralogi Pulau Buru Pramoedya dan Sinopsisnya

Cover baru tetralogi Pulau Buru (instagram.com/bertemudibuku)

Pramoedya Ananta Toer pertama kali menerbitkan tetralogi Pulau Buru pada tahun 1980, berisi empat seri novel legendaris berjudul Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Tetralogi Pulau Buru sempat dilarang beredar di Indonesia oleh Kejaksaan Agung pada masa Orde Baru, namun novel ini malah populer di luar negeri. 

Cover baru tetralogi pulau buru (instagram.com/makaryabuku)

Tetralogi Pulau Buru sempat dicari para pencinta buku karena lama tak cetak ulang. Bertepatan seratus tahun usia Pramoedya Ananta Toer pada 6 Februari 2025, novel legendaris ini dicetak ulang.

Sempat menjadi buah bibir karena cover biru polos yang bertolak belakang dengan cover ilustrasi sebelumnya, namun tetap saja tetralogi ini diburu para penggemar buku. Bahkan sebelum dipajang di rak buku tanggal 19 Februari 2025, penjualan pre-order sudah tinggi. 

Nah, buat kamu yang ingin membeli tetralogi ini tapi penasaran dengan sinopsisnya, yuk intip di sini dulu!

1. Bumi Manusia

Cover Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer (instagram.com/bertemudibuku)

Buku pertama Tetralogi Pulau Buru adalah Bumi Manusia, mengambil latar awal abad ke-19 dan abad ke-20, menceritakan pemuda Jawa keturunan ningrat bernama Minke.

Minke merupakan sosok pribumi yang cerdas dan pintar menulis hingga karyanya dipublikasikan di koran. Minke juga dikenal sebagai pemuda yang revolusioner dan kerap menantang ketidakadilan terhadap bangsanya.

Bumi Manusia berisi betapa terpuruknya kondisi pribumi di masa itu. Banyak penindasan, pergundikan, dan munculnya strata sosial menempatkan pribumi di kelas paling rendah.

Dengan dukungan mertuanya yang bernama Nyai Ontosoroh, jiwa perlawanan Minke bangkit. Buku ini juga menceritakan kisah romansa manis dan tragis antara Minke dan Annelies. Novel Bumi Manusia diangkat menjadi film layar lebar disutradarai Hanung Bramantyo yang tayang di bioskop pada 2019.

2. Anak Semua Bangsa

Cover Anak Semua Bangsa Pramoedya Ananta Toer (instagram.com/bertemudibuku)

Setelah Bumi Manusia, novel Anak Semua Bangsa menceritakan pertemuan Minke dengan Trunodongso yang merupakan seorang petani. Trunodongso menolak tanahnya disewakan secara paksa untuk perusahaan kolonial, hal ini menyulut nasionalisme yang dimiliki Minke. Kemudian terjadi musibah, Annelies meninggal dunia yang membuat Minke dan keluarganya terpukul. Minke pun melanjutkan karier sebagai penulis hingga bertemu dengan orang-orang baru yang membentuk karakternya.

Minke makin mengenal gerakan antikolonial di berbagai dunia dan menilai sikap pesimistis dan perasaan pasrah saat diperbudak bangsa Eropa adalah jeratan kepada kaum pribumi.

Melalui tulisannya, Minke memberi gambaran tentang apa yang terjadi pada bangsanya, seperti penindasan, hukum kolonial yang semena-mena, dan para birokrasi pemerintah pribumi yang rela diperbudak demi sebuah pangkat.

3. Jejak Langkah

Cover Jejak Langkah Pramoedya Ananta Toer (instagram.com/bertemudibuku)

Pada novel ketiga, Jejak Langkah melanjutkan kisah Anak Semua Bangsa dimana Minke melawan pemerintah kolonial dengan membentuk organisasi dan pers.

Minke diceritakan melanjutkan sekolah di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Pendidikan Dokter Pribumi. Meskipun sibuk sekolah, Minke tidak pernah berhenti menulis dan mengkritik pemerintah di koran.

Perlahan tapi pasti, organisasi kerakyatan lahir seperti Boedi Oetomo, Petani Samin, Serikat Dagang Islam, dan masih banyak organisasi lainnya. Tokoh-tokoh revolusioner juga kerap hadir dan bermunculan, yaitu Sadikoen, Tjipto, Haji Misbach, Marco, Sandiman, Haji Moeloek, Haji Samadi, Princess van Kasiruta (istri ketiga Minke), Siti Soendari, dan beberapa tokoh lain. Di buku ini diceritakan Minke ditangkap untuk menghentikan perlawanan.

4. Rumah Kaca

Cover Rumah Kaca Pramoedya Ananta Toer (instagram.com/bertemudibuku)

Rumah Kaca sebagai buku keempat membawa tokoh Pangemanann, juru arsip asal Manado yang diberikan perintah untuk mengawasi pribumi, khususnya Minke.
Novel terakhir tetralogi Pulau Buru menjadi penutup perjuangan Minke yang memperjuangkan hak-hak pribumi melalui tulisannya.

Pramoedya Ananta Toer terkenal dengan tulisan legendaris yang membangkitkan jiwa nasionalis. Novel tetralogi Pulau Buru adalah salah satu karya yang ia hasilkan setelah diasingkan di Pulau Buru selama 10 tahun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us