Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret Tugu Pal Putih Yogyakarta. (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Intinya sih...

  • Pengertian sumbu filosofi dan garis imajiner Jogja memiliki perbedaan signifikan
  • Sumbu filosofi adalah konsep penataan tata ruang Keraton Jogja yang mencerminkan simbol daur hidup manusia
  • Garis imajiner adalah garis khayal yang menghubungkan Laut Selatan, Keraton Jogja, dan Gunung Merapi dalam sisi spiritual

Tahukah kamu perbedaan pengertian antara sumbu filosofi dan garis imajiner Jogja? Masih banyak yang sering keliru antara keduanya. Nah, agar tak salah lagi, yuk simak ulasan berikut ini!

1. Pengertian sumbu filosofi dan garis imajiner Jogja

ilustrasi Gunung Merapi (pixabay.com/Aditya99966)

Pengertian sumbu filosofi dan garis imajiner memiliki hal yang berbeda. Mengutip laman Kemantren Kraton, sumbu filosofi adalah konsep penataan tata ruang Keraton Jogja yang merupakan perwujudan simbol daur hidup manusia yang diciptakan oleh Sultan Hamengkubuwono I.

Sedangkan garis imajiner adalah, garis khayal yang menghubungkan antara beberapa bentang alam yakni Laut Selatan, Keraton Jogja, dan Gunung Merapi. Poros ini sering disalahartikan, ketiga bentang alam tersebut tidak berada dalam satu garis lurus, untuk itu diberi nama garis imajiner yang memiliki sisi spiritual. 

2. Makna sumbu filosofi dan garis imajiner Jogja

Denah Kraton Jogja (kratonjogja.id)

Sumbu filosofi bermakna sangkan paraning dumadi , yang mempunyai arti asal usul, konsep, atau perjalanan daur hidup manusia yang diwakili oleh warisan budaya arsitektur yaitu Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, dan Tugu Golong Gilig.

Arti daur hidup manusia adalah kelahiran atau sangkan, pernikahan atau sebuah kedewasaan, dan kembalinya manusia kepada Tuhan yang disebut paran. Nah, pada sumbu filosofi inilah kenyataan yang membentang dari utara ke selatan dalam satu garis lurus. 

Untuk garis imajiner bermakna sebuah gambaran keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan (Habluminallah), hubungan sesama manusia (Habluminannas), dan hubungan manusia dengan alam. 

3. Konsep sumbu filosofi dan garis imajiner Jogja

Potret Panggung Krapyak (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Antara sumbu filosofi dan garis imajiner dilambangkan dalam bangunan warisan budaya sampai dengan alam. Panggung Krapyak menuju Keraton Jogja mewakili konsepsi sangkan atau asal dan proses pendewasaan manusia. Sedangkan perjalanan dari Tugu Golong Gilig ke Keraton, mewakili filosofi paran atau tujuan perjalanan manusia menuju penciptanya. 

Bagi Sultan mempunyai makna berbeda, arahnya bukan dari tugu ke keraton, tetapi dari Keraton Jogja ke Tugu Pal Putih dan sebaliknya, serta dari keraton menuju Panggung Krapyak. Laman Keraton Jogja juga menyebut poros Sultan berangkat dari Keraton Jogja ke Tugu mencerminkan kewajiban Sultan untuk melindungi dan mengayomi rakyat.

Dan garis imajiner digambarkan dalam lima elemen alam yakni api dari Gunung Merapi, tanah dari bumi Ngayogyakarta, air dari Laut Selatan, angin dan ether dari Panggung Krapyak. 

Nah sudah tahu kan perbedaan sumbu filosofi dan garis imajiner. Semoga tak ada lagi salah tafsir ya antara sumbu filosofi dan garis imajiner Jogja.

Editorial Team