ilustrasi pementasan seni wayang (kratonjogja.id)
Pada masa kepemimpinan Sri Sultan HB VIII, dilakukan diplomasi antara keraton dengan kolonial. Diplomasi ini merupakan suatu taktik politik yang diharapkan dapat melancarkan aspirasi keraton yang kerap mendapatkan tekanan dan pembatasan dari pemerintah kolonial.
Adapun bentuk diplomasi yang dijalankan adalah melalui pementasan budaya di Keraton Yogyakarta, seperti seni tari, seni musik, seni wayang wong, seni arsitektur, hingga kuliner. Semua bidang seni tersebut digelar dalam satu pertunjukan yang mewah dan megah.
Semua bentuk diplomasi budaya tersebut bertujuan untuk membuat pihak pemerintah kolonial terlena dengan kesenangan lewat pertunjukan seni, sehingga hubungan antara keraton dan pemerintah kolonial terjaga dengan baik. Meskipun pengaruh dan intervensi Belanda masih membayangi pergerakan sultan dan keraton, kesenian mampu tampil sebagai bagian dari kejayaan Keraton Yogyakarta pada masa itu.
Hubungan Yogyakarta dengan Pemerintah Kolonial pada masa penjajahan memiliki dinamika yang kompleks. Pernyataan Yogyakarta tidak pernah dijajah tidak sepenuhnya benar. Hal ini karena meski Yogyakarta memiliki kedudukan sejajar dengan kolonial, pada praktiknya baik Belanda maupun Inggris turut mengintervensi jalannya pemerintahan keraton.