Ilustrasi sapi mati akibat terpapar antraks. (Dok. Istimewa)
Dari banyaknya yang masuk rumah sakit bahkan meninggal, dapat disimpulkan bahwa antraks ternyata tidak hanya bisa menular pada hewan ternak tapi cukup berbahaya bagi manusia. Mereka yang terkena antraks akan merasakan gejala demam, sakit kepala, mual, muncul bentol merah, dan lain-lain.
Dalam laman UGM, Dosen Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono, Ph.D. menyarankan agar tidak menyembelih apalagi mengonsumsi hewan ternak yang mati karena sakit. “Daging bangkai tidak boleh dikonsumsi karena matinya karena zoonosis bisa menular ke manusia. Tahun lalu di Semanu, ada 11 orang tertular dan satu orang meninggal,” katanya.
Dan apabila ditemukan hewan yang mati karena sakit atau terkena antraks, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk pencegahan wabah kian meluas. Yakni dikubur, ditimbun, lalu disemen dan tidak boleh dibongkar selamanya atau bisa juga dilakukan kremasi di lokasi matinya ternak sesegera mungkin.
Apabila dilihat dari kacamata agama Islam, hewan yang mati sebelum disembelih sesuai syariat disebut dengan bangkai. Dan, haram hukumnya mengonsumsi bangkai sesuai dalam Al-Quran Surat Al-An’am ayat 145 yang berbunyi,
“Katakanlah, Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali (daging) hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi karena ia najis, atau yang disembelih secara fasik, (yaitu) dengan menyebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, siapa pun yang terpaksa bukan karena menginginkannya dan tidak melebihi (batas darurat), maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”