Mahasiswa UNY ciptakan alat penyiram jamur otomatis. Dok: istimewa
Satya Adhiyaksa Ardy mengungkapkan latar belakang pembuatan alat ini bermula saat ia dan kelompoknya mendapati penurunan hasil budidaya jamur yang signifikan di tempat budidaya milik Toni Hidayat di Dusun Barepan, Moyudan, Sleman, DIY. Usaha yang sudah dirintis sejak 2010 ini memanfaatkan luas area 220 meter persegi.
Dari lahan seluar itu, Toni menghasilkan rata-rata 20 kg jamur tiram per hari tergantung pada musim. Pada musim hujan, hasil panen dapat mencapai angka 25 kg per hari, sedangkan pada musim kemarau hanya mendapatkan 15 kg per hari. Hal ini mengakibatkan terjadinya gap antara hasil panen dengan kebutuhan pasar hingga mencapai 50 persen.
Ardy menjelaskan pengaruh cuaca menyebabkan tidak tercapainya keadaan optimum untuk pertumbuhan jamur tiram. Selain itu, usaha jamur belum diukur suhu dan kelembabannya sehingga penyiraman yang dilakukan belum disesuaikan dengan kebutuhan jamur agar tumbuh optimal.
"Kontrol suhu dan kelembaban hanya dilakukan dengan menyiram kumbung jamur," ungkapnya pada Selasa (10/8/2021).