Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Arti di Balik Prosesi Grebeg Syawal Keraton Jogja, Rame Ing Gawe

ilustrasi para personel prajurit keraton (unsplash.com/ Farano Gunawan)

Setiap 1 Syawal, Keraton Yogyakarta menjalankan tradisi Grebeg Syawal yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu, sebagai ungkapan syukur atas selesainya bulan Ramadan. Grebeg Syawal terdapat arak-arakan gunungan berisi hasil bumi sebagai lambang keberkahan dan kebersamaan.

Dikutip laman Museum Sonobudoyo Yogyakarta, tradisi ini dimulai setelah Salat Idulfitri. Sri Sultan dan keluarga mengawalinya dengan upacara di keraton, lalu mekakukan arak-arakan gunungan bersama prajurit.

Dengan semangat rame ing gawe, Sri Sultan, keluarga keraton serta prajurit keraton dan masyarakat terlibat dalam prosesinya. Bahkan, tak hanya warga lokal, wisatawan juga turut memeriahkan perayaan ini. Lantas apa maksud rame ing gawe di balik prosesi Grebeg Syawal?

1.Gotong royong yang dilakukan penuh ketulusan

ilustrasi sekelompok orang berjalan (pexels.com/Renda Eko Riyadi)

Dalam bukunya Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia, Mulder menjelaskan rame ing gawe adalah semangat menjalankan tugas dengan tekun dan tulus sesuai peranannya, baik sebagai pejabat, petani, maupun raja. Hal tersebut tercermin dalam tradisi Grebeg Syawal dari awal sampai akhir, apalagi saat sesi membawa gunungan yang melibatkan banyak personel.

Gunungan berisi hasil bumi ini juga simbol sedekah Raja pada rakyatnya. Raja juga menjalankan kewajiban dan tugasnya dengan baik untuk kesejahteraan rakyatnya.

Masyarakat yang hadir terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, tak hanya mengharap berkah dari gunungan, namun juga sebagai bagian dari pelestari budaya. Dengan berpartisipasi, merasa bersyukur, senang, dan menjaga warisan leluhur.

2.Kerja sama untuk kelancaran acara

ilustrasi arak-arakan Gunungan (pexels.com/ Ditta Alfianto)

Franz Magnis Suseno dalam buku Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, menjelaskan bahwa kata gawe gak hanya berarti pekerjaan, tapi juga bisa bermakna pesta. Dalam konteks Grebeg Syawal, persiapan besar agar perayaan berjalan lancar. Hal ini terlihat dari keterlibatan ratusan personel prajurit yang menunjukkan kerja sama. Mulai persiapan gunungan, arak-arakan sampai dibagikan kepada masyarakat yang datang. 

Franz Magnis juga menuturkan pesta tradisional erat hubungannya dengan ritus religius, seperti yang ada pada Grebeg Syawal. Saling bahagia mengucap syukur pada Yang Maha Kuasa atas kelancaran ibadah selama Ramadan.

3.Pembagian gunungan selaras dengan pepatah Jawa

ilustrasi gunungan masyarakat Jawa (pixabay.com/ Dedy_Timbul)

Hasil bumi berupa sayuran dan buah-buahan yang dibagikan pada rakyat, tak hanya soal berbagi makanan, namun juga bernilai luhur budaya Jawa. Kegiatan ini mencerminkan pepatah Jawa yang berbunyi Mangan ora mangan nek kumpul, ana sethithik didum sethithik, ana akeh didum akeh.

Kebersamaan menjadi utama dalam pesta yang menggembirakan. isi gunungan dibagikan secara rata dengan tulus, dan masyarakat yang menerima juga ikhlas bahagia.

Grebeg Syawal adalah pesta rakyat Jogja yang mencerminkan filosofi Rame Ing Gawe. Setiap orang punya peran dan tugasnya, dijalankan dengan ketulusan dan bergembira. Bahkan melalui tradisi ini, kehadiran masyarakat tak sekadar melihat pesta budaya, juga berkontribusi menjaga Grebeg Syawal tetap lestari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us