TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Fakta tentang Blangkon, Menarik untuk Diketahui

Membuat blangkon tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang

kebudayaan.kemdikbud.go.id

Blangkon adalah penutup kepala untuk pria dalam busana adat Jawa. Blangkon tidak hanya sekedar melilitkan kain untuk dipakai di bagian kepala, namun mempunyai banyak makna. Berikut 6 fakta tentang blangkon yang mungkin belum kamu ketahui.

1. Blangkon adalah sebuah penghormatan terhadap kaum pria

Abdi Dalem Wiyaga dan Musikan memainkan dua gending baru di Bangsal Mandalasana Keraton Yogyakarta untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda, Rabu (28/10/2020). IDN Times/Tunggul Damarjati

Blangkon diciptakan hanya untuk dipakai oleh pria. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa kepala seorang pria adalah hal yang harus dihormati. Itulah kenapa blangkon diciptakan untuk melengkapi busana keseharian dan menjadi aksesori wajib. 

2. Membuat blangkon tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang

www.instagram.com/betrandpetoputraonsu

Proses pembuatan blangkon memiliki aturan atau pakem khusus, maka hanya oranh tertentu saja yang dapat membuatnya.

Salah satu aturannya adalah blangkon harus dibuat dari kain berbentuk persegi empat dengan ukuran 105 cm x 105 cm yang diberi nama kain iket atau kain udeng. 

Kain tersebut bisa berupa kain polos atau bermotif batik, yang dilipat, dililit, dan dijahit sedemikian rupa hingga berbentuk mirip topi. Kini, blangkon modern menggunakan kain yang lebih sedikit dan dijahit permanen. 

Pemenuhan pakem akan mempengaruhi nilai blangkon. Semakin terpenuhi pakemnya ketika proses pembuatan, maka akan semakin tinggi nilai blangkon yang dibuat. Sedangkan nilai keindahan didasarkan pada cita rasa serta ketentuan standar sosial. 

3. Blangkon memiliki ukuran standar

Pergiberwisata.com

Ukuran besa dan kecilnya blangkon, diukur dari jarak antara garis melintang telinga kanan ke telinga kiri, melalui ubun-ubun kepala dan melalui dahi. Di pasaran, ukuran blangkon tersedia mulai nomor 48 dan paling besar bernomor 59.

4. Memakai blangkon adalah cara pria Jawa mengendalikan diri

instagram.com/yasrahayati/

Pada zaman dahulu, pria Jawa memiliki rambut yang panjang namun tetap tampil rapi dengan menjepitnya di bawah blangkon. Kala itu membuka penutup kepala di tempat umum merupakan pernyataan sikap penuh amarah dan permusuhan.

Rambut panjang hanya akan diurai ketika di rumah atau sedang berperang. Dengan mengenakan blangkon pria Jawa dapat selalu ingat untuk mengendalikan dirinya dari amarah atau emosi yang berlebihan.

5. Sebagai pengingat ibadah kaum muslim

instagram.com/outlet.blangkonan

Masuknya ajaran Islam ke Jawa memberikan pengaruh pada pakem pembuatan blangkon. Blangkon memiliki lipatan melingkar untuk menutupi kepala dan ada tonjolan di bagian belakang. 

Lipatan tersebut ternyata berjumlah 17 yang melambangkan jumlah rakaat dalam 5 waktu salat. Tonjolan di belakang ternyata berguna untuk mengingatkan penggunanya untuk tidak mudah tidur dan senantiasa mengingat untuk menjalankan perintah Allah SWT. Sedangkan kain di samping tonjolan yang berjumlah 6 melambangkan jumlah rukun Islam.

Berita Terkini Lainnya